ART IN MATH

by : Adinda Nur Fadhilah

Teman-teman pasti sering sekali mengabadikan momen-moment tertentu melalui foto. Di zaman seperti saat ini, seni fotografi berkualitas dapat dilakukan tanpa kamera besar dan peralatan mahal. Dengan memahami teknik sederhana, kita tidak hanya akan mengabadikan momen berharga, tetapi juga memiliki foto yang bernilai estetik. Meskipun itu hanya diambil menggunakan smartphone.

Kita lihat dari dunia matematika ternyata dan ternyata ada sebuah teori tentang bagaimana pengambilan foto yang menarik dan harmonis. Dimana kita akan mengetahui bagaimana menata elemen-elemen dalam foto, seperti garis, bentuk, warna, gelap terang, tekstur, dan pola menggunaka Golden Ratio.

Mengutip laman Universitas Bina Nusantara, golden ratio adalah perbadingan yang dihasilkan ketika sebuah kuantitas dibagi kedalam beberapa kuantitas lebih kecil tetapi memiliki rasio yang sama, meskipun memiliki panjang dan lebar yang berbeda. Dalam perhitungan matematis, golden ratio disimbolkan dengan simbol Phi atau 1.618.

Golden ratio ini biasa digunakan untuk membantu menciptakan hasil karya desain agar komposisi yang dihasilkan lebih seimbang. Bentuk golden ratio sering digambarkan menggunakan bentuk spiral, lingkaran, atau segitiga.

Golden ratio adalah perbandingan matematis yang jamak digunakan sebagai acuan dalam desain grafis atau seni lukis. Golden ratio disebut sebagai perbandingan yang dapat menghasilkan keindahan.

Dalam dunia fotografi dikutip dari laman Skill Academy By Ruangguru Golden ratio adalah peletakan komposisi foto di mana kita membagi frame dengan garis vertikal menjadi dua bagian yang tidak seimbang. Secara matematis, kita bisa menghitung komposisi frame golden ratio dengan 1:1,618.

Konsep golden ratio sesungguhnya mirip dengan konsep rule of thirds. Objek ditempatkan di persimpangan garis yang membagi bidang tersebut. Teknik ini digunakan untuk mengarahkan mata audiens kepada seluruh bagian foto. Golden ratio membuat foto terlihat lebih estetik, seimbang dan proporsional. Leonardo Da Vinci memperkenalkan komposisi ini pada abad ke-12, ia juga mengaplikasikan konsep ini untuk mahakaryanya, yaitu lukisan Monalisa.

Ini adalah contoh foto menggunakan komposisi golden ratio. Siluet dari seseorang yang berdiri di atas perahu bisa menuntun mata untuk fokus ke arah objek tersebut. Jika ditarik garis vertikal, luas daerah siluet orang di atas perahu terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan luas daerah lainnya. Selain itu, terdapat juga elemen rumah panggung dan garis horizon yang memberi kontras warna langit dan permukaan laut.

golden ratio telah digunakan selama 4000 tahun dalam seni dan desain manusia. Bahkan, bisa lebih lama dari itu. Beberapa ada yang berpendapat bahwa orang-orang Mesir Kuno menggunakan prinsip ini untuk membangun Piramida. Zaman dahulu, orang Yunani menggunakan deret Fibonacci untuk membentuk pola visual pada sebuah desain.

Deret tersebut merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya yaitu 0,1,1,2,3,5,8,13,21,… dan selanjutnya. Cara menghitungnya, seperti 1+2=3, 3+2=5, dan seterusnya. Arsitektur Yunani Kuno juga menggunakan golden ratio untuk menentukan hubungan antara dimensi lebar dan tinggi bangunan, hingga posisi kolom yang menopang struktur.

Golden ratio tidak hanya ditemukan di dalam desain, melainkan dapat dijumpai di mana saja, mulai dari alam, arsitektur, lukisan, hingga musik. Ketika diterapkan ke dalam desain, maka mampu menghasilkan komposisi yang organik, seimbang, dan estetis. Perlu dipahami, meski tidak setiap komposisi desain bisa diturunkan menggunakan golden ratio, namun ini bisa menjadi alat yang berguna bagi desainer. Jika melenceng, biasanya desain akan terlihat ganjil dan hasilnya tidak nyaman untuk dipandang.

Bagaimana teman-teman menarik bukan? Oke kalo rame kita lanjut pembahasan part 2 yaa hehe. Semoga bermanfaat.

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × five =

%d blogger menyukai ini: