BIDIKMISI MENJADI DOSEN

Dalam hidup ini kita tidak tahu dilahirkan dengan keluarga yang seperti apa dan dengan kondisi yang bagaimana. Beruntunglah kamu yang yang dilahirkan dikeluarga yang baik-baik saja, entah itu dari segi ekonomi, religi, kebahagian ataupun yang lainya. Namun bila kamu terlahir dari suatu keluarga yang tidak beruntung dari segi ekonomi, bukan berarti harus minder dan menutup diri untuk tidak berkembang dan menjadi lebih baik. Setiap perubahan yang ada pada diri kita adalah diri kita sendiri yang menentukan, apakah kamu mau berubah dan berkembang atau kamu hanya ingin stay di titik itu saja. Seperti halnya yang dilakukan seorang dosen Syariah IAIN Kediri, Yuliana Desi Rahmawati. Keinginanya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan batu loncatan untuk merubah hidupnya lebih baik walaupun sempat ragu dengan masalah biaya.

Figur Inspiratif Mahasiswa Bidikmisi

Saudari Wasi’ul Maghfiroh, santri asal Ngawi yang mengambil fokus keilmuwan Perbandingan Agama. “Motivasi utama selama menjalani masa studi saya adalah orang tua, terutama ibu yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk menjadi lebih baik, karena awalnya saya hampir tidak kuliah karena ayah sakit, namun berkat beasiswa bidikmisi, saya dapat menempuh pendidikan jenjang S1 gratis. Selain itu, saya juga melihat dosen-dosen yang sudah doktor atau profesor, timbul sebuah kekaguman bahwa orang yang berilmu itu sangat luar biasa. Terlepas dari semua itu, motivasi terbesar adalah tetap diri sendiri selaku subyek dari roda kehidupan. Jika diri kita sungguh-sungguh, kita sendiri yang akan diuntungkan, syukur-syukur hasilnya juga bisa dinikmati oleh orang lain.” papar beliau. Disamping kegiatan akademik di kampus, beliau juga aktif dibeberapa organisasi, yaitu sebagai Sekretaris Dema Prodi PA, Sekretaris Forum Mahasiswa BidikMisi, Ketua I Pondok Pesantren Ar-Roudloh, Devisi Intelektual PMII meski hanya sebentar, Devisi Sosial dan Budaya Forum Silaturrahim Ittihaduttullab (kumpulan ponpes sekitar IAIN Kediri). Beliau enjoy dengan semua kesibukan yang pastinya membutuhkan komitmen tinggi dalam managemen waktu, karena memang sejak kecil beliau aktif berorganisasi.

Sambut IAIN dengan Unik dan Estetiknya Kampus Baru Ushuluddin dan Dakwah

Kabar gembira datang dari STAIN Kediri untuk dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam di Kediri raya. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 26/2018 tentang Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo, STAIN Kediri telah resmi beralih bentuk menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) per bulan April ini. Nuansa IAIN bahkan begitu terasa, khususnya di kampus baru Ushuluddin dan Dakwah.

Bangunkan Generasi Of Change Dengan Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, ketrampilan yang dilakuka oleh seseorang atau kelompo dari generasi ke generasi untuk mengolah pikiran melalaui pengajaran, penelitian dan pelatihan agar seseorang mampu berfikir kritis dengan mengembangkan potensi dalam dirinya dan berguna untuk generasi selanjutnya. Dengan adanya pendidikan seseorang menjadi lebih berguna dan mempunyai kecerdasan, ketrampilan, kreatif, akhlak yang mulian dan kebribadian sehingga mampu menciptakan penemuan dan mengembangkan pola pikir diri sendiri maupun orang lain.

Pentingnya Menulis dengan hati

Masih dari temuan dari beberapa catatan yang berkaitan dengan litersi. Bahwa catatan memiliki pengaruh penting dalam kehidupan. Berbicara mengenai catatan dalam otak tak lepas dari kata-kata menulis. Menulis dalam kehidupan sangat penting selain pelajaran agar ttidak begitu juga hilang. Karena pentingnya menulis sahabat Asy-Syabi’i rahimahullah berkata “Apabila engkau mendengar sesuatu(ilmu) maka tulislah walaupun diatas tembok.” (HR. ABU KHAITSAMAH dalam Al-Ilmu no. 146). Menulis juga bisa dijadikan sebagai obat, eits,,, tapi jangan berfikir nanti tulisanya di rebus dalam air kemudian di minum. Kalau itu yang dilakukan sampai meminum sedrum pun juga tidak akan sembuh yang ada malah dirimu dibilang cah kakean micin hehe…bahkan menulis juga banyak digunakan sebagai bentuk pelampiasan rasa sedih, senang, sunyi, dll. Pernah mendengar cerita seorang sufi besar yang berasal dari daerah Rumm kalau tidak salah di negara Aafghanistan yang terkenal dengan filsafat cinta. Ya, beliau adalah Syech Maulana Jalaludin Rumi. Kita bercerita sedikit mengenai beliau dulu dalam kisah hidupnya Syeh Rummi pernah ditinggal oleh gurunya yaitu Syamsudin at-Tabrizi karena Syeh Rumi sudah mencapai tingkat kesufianya, akhirnya banyak orang-orang kampungnya yang membully dan memfinah karena ajaranya tidak sesuai para kyai-kyai yang ada dikampungya, karena takut Syeh Rumi akan semakin difitnah akhirnya gurunya meninggalkanya. Ketika menyadari ditinggal oleh gurunya Syeh rumi mencarinya dan tidak ketemu dari situ hidupnya dirundung kesepian yang oleh beliau akhirnya menulis syair-syair untuk mengungkapkan rasa rindu dan cintanya kepada gurunya. Kurang lebih seperti itu ceritanya, nah dari sini kalian paham kan jangan menganggap menulis adalah sesuatu yang remeh. Pernah Berkata al-‘Allamah ahli fiwh abad ini Imam Muhamad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah:

KUSAPA KAU KANJENG

Kita tak pernah bertemu sebelumnya

Apalagi berjabat tangan, melihatpun tak pernah

Namun aku tahu namamu, nama besar yang ada di hatiku

Maaf aku belum mengenalmu

Hanya kabar dari orang bahwa kau manusia cinta

Kau penuh kasih, muara suri tauladan

Muhammad, kanjengku

Maafkan kelancanganku telah mengklaimmu sebagai kekasihku

Padahal tak secangkir kopipun kusuguhkan

Padahal aku belum tahu rumahmu

Hai, kusapa kau Kanjeng

Kau tahu apa yang kurasakan?

Rindu walau belum bertemu, cinta walau belum  tatap muka

Kepikiran walau belum berkencan

Ketahuilah Kanjeng, tanpamu aku kosong.

(karya:Coro Ireng)

Wisuda Pertama IAIN Kediri, Pasca STAIN Kediri

Dok. IAIN Kediri

Pada hari Sabtu, tepatnya 29 September 2018 akan menjadi catatan bersejarah bagi sejumlah mahasiswa. Karena pada hari itu, telah dilaksanakan prosesi wisuda angkatan pertama setelah beralihnya status kampus STAIN Kediri menjadi IAIN Kediri. Prosesi wisuda tersebut berlangsung khidmat dan mengharukan. Suasana bahagia terpancar dari raut wajah 478 Wisudawan dan Wisudawati beserta wali murid yang pagi ini telah resmi menyelesaikan studinya sekaligus menjadi lulusan pertama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, di Gedung Sport Center IAIN Kediri.

Rasa bangga dirasakan oleh semua pihak, baik pihak kampus maupun mahasiswa beserta wali murid dengan bertransformasinya STAIN Kediri menjadi IAIN Kediri menjadi sebuah tanda kemajuan pengembangan pendidikan di Kota Kediri. Dengan adanya peralihan ini diharapkan IAIN Kediri bisa terus mengembangkan pendidikan di IAIN Kediri dalam menyiapakan lulusan – lulusan yang handal dibidangnya masing-masing.

Acara wisuda ini dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kota Kediri Budwi Sunu, Rektor IAIN Nur Hamid dan Direktur Pasca Sarjana beserta seluruh civitas Akademika IAIN Kediri, Pengurus FKUB/PAUB-PK Kota Kediri dan 478 Wisudawan/Wisudawati IAIN Kediri angkatan 1 beserta orangtua wali wisudawan.

Adapun pesan dari Budwi Sunu kepada para wisudawan. “Dengan kelulusan ini berakhir sudah satu tugas saudara, namun masih ada tugas-tugas lain yang akan saudara jalani setelah selesai dari sini. Kuasai pengetahuan sebanyak-banyaknya, perbanyak skill juga agar tidak hanya bisa ngomong tapi skillnya juga bagus serta memiliki atitude (sikap mental) yang baik. Semoga saudara bisa sukses dalam membangun bangsa, negara dan agama,” ujarnya.

Dalam acara yang sama, Rektor IAIN Kediri Nur Hamid menyampaikan peralihan dari STAIN menjadi IAIN bukan hal yang mudah dan alhamdulillah transformasi tersebut telah selesai. Disampaikannya pula di wisuda pertama IAIN Kediri ini akan menjadi awal dari peningkatan IAIN Kediri di waktu yang akan datang.

Dalam acara wisuda IAIN Kediri angkatan 1 ini juga disampaikan penghargaan kepada Wisudawan/Wisudawati terbaik, untuk jenjang S1 Washiul Maghfiroh dengan IPK 3,67 dari Fakultas Ushuluddin,Rizky Al Faroby dengan IPK 3,682 dari Fakultas Tarbiyah, dan Huslina Eka Santi dengan IPK 3,78 dari Fakultas Syariah.

Kemudian untuk jenjang S2 diberikan kepada Amilia Nur Jannah dengan IPK 3,72 dari program Pasca Sarjana. Selain itu, IAIN Kediri juga memberikan penghargaan kepada Wisudawan dengan skripsi terbaik di setiap program studi.

(Pi_Red)