Dalam hidup ini kita tidak tahu dilahirkan dengan keluarga yang seperti apa dan dengan kondisi yang bagaimana. Beruntunglah kamu yang yang dilahirkan dikeluarga yang baik-baik saja, entah itu dari segi ekonomi, religi, kebahagian ataupun yang lainya. Namun bila kamu terlahir dari suatu keluarga yang tidak beruntung dari segi ekonomi, bukan berarti harus minder dan menutup diri untuk tidak berkembang dan menjadi lebih baik. Setiap perubahan yang ada pada diri kita adalah diri kita sendiri yang menentukan, apakah kamu mau berubah dan berkembang atau kamu hanya ingin stay di titik itu saja. Seperti halnya yang dilakukan seorang dosen Syariah IAIN Kediri, Yuliana Desi Rahmawati. Keinginanya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan batu loncatan untuk merubah hidupnya lebih baik walaupun sempat ragu dengan masalah biaya.

            Dengan niat yang sungguh-sungguh dan mencari informasi mengenai universitas yang memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu, dapatlah  informasi bahwa di STAIN Kediri waktu itu sebelum IAIN, ada bantuan BIDIKMISI. Meskipun ada permasalahan ketika daftar bidikmisi, dengan kerja keras ayahnya BOLAK-BALIK Nganjuk-Kediri untuk membetulkan berkas-berkas bidikmisi, ketika pengumuman penerimaan bidikmisi tercantumlah nama Yuliana Desi Rahmawati di kolom penerimaan mahasiswa BIDIKMISI.

Yuliana Desi Rahmawati lahir pada 3 Desember 1992 di Nganjuk. Yuliana Desi Rahmawati ini merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, adiknya bernama  Agustina Dwi Rahmawati. Ayahnya bernama Wajiyanto seorang pak kebon di pondok pesantren Al-Islam Kapas Sukomoro Nganjuk. Ibunya bernama Suparmi hanya pedagang kue dan jajanan yang dibuatnya sendiri untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. pada tahun 2011 resmi menjadi mahasiswa STAIN Kediri dengan program study tafsir hadits sebagai mahasiswa BIDIKMISI. Semua itu tidak bisa didapatkanya melainkan dari kerja keras orang tuanya.

Beliau tinggal di pondok Al-Islah karena memang BIDIKMISI wajib untuk tinggal di pondok. Masa kuliah tidak berjalan dengan mulus, di semester 5 beliau sempat sakit dan meninggalkan banyak matakuliah sehingga IP nya rendah, karena dorongan dari orang tua  akhirnya ia segera bangkit dan lulus tepat waktu pada bulan November tahun 2015.

Rasa ingin melanjutkan study S2 telah muncul sejak mengerjakan skripsi, apalagi ketika revisi skripsi ditawari untuk mengisi formulir pasca sarjana oleh dosen pembimbingnya. Sempat ragu karena tidak punya biaya utuk melanjutkan S2, karena mendapatkan semangat dan dorongan untuk menghilangkan keraguannya yaitu “ke pasca ya, nanti beasiswa dari Allah.” Itulah pesan yang disampaikan dosen pembimbingnya yaitu Pak Khalil Tohir, maka ia menerima saran dari dosen pembimbingnya untuk mengisi formulir.

Ketika menyampaikan keinginanya kepada orang tua untuk melanjutkan S2, orang tua sempat tidak mendukung lagi-lagi karena masalah biaya. Namun orang tua tetap mendukung walaupun harus menjual motor, sehingga ayahnya naik sepeda ontel ketika pulang pergi kerja. Ketika S2 untuk menanggung biaya hidunya beliau tinggal di panti asuhan Trisakti sebagai pengurus panti asuhan, disana ia bekerja seperti mengurus rumah, masak dan pekerjaan lainnya.

Lulus S2 pada tahun 2017 dengan gelar Yuliana Desi Rahmawati, M.Ag. Setelah berkali-kali melamar pekerjaan, akhirnya pada  Juli 2018 ini dipanggil untuk menjadi dosen di fakultas Syariah IAIN Kediri, dan awal mengajar di bulan Agustus sebagai dosen matak kuliah Sejarah Peradaban Islam dan Teologi Islam.

Selama menjalani proses tersebut dan akhirnya bisa menjadi dosen pastinya banyak komentar pedas dari orang sekitar, mengenai perjalanan hidupnya yang banyak merepotkan orang tua. “bondo (harta) bisa dicari, tapi kesempatan dan pembentukan akhlak bisa sampai bertahun-tahun mencarinya” kata beliau, prinsip itulah yang dipegang ketika dicemooh orang-orang.

“jangan sampai miskin dalam prestasi meski miskin materi. Semua pencapaian yang luar biasa pasti ada yang dikorbankan, jangan takut, karena proses tidak menghianati hasil. Jangan berhenti melangkah hanya karena materi, yang diatas lebih tahu kemampuan kita. Hilangkan mindset nganggur setelah S1, ciptakan lapangan pekerjaan sendiri, miliki mimpi yang hebat dan perjuangkan. Jangan jadikan uang sebagai ukuran sukses, yalinlah ketika kamu sukses yang senang bukan hanya kamu saja, orang tua juga senang melihat anaknya sukses. Selalu ingat orang tua ketika dalam keterpurukan, ketika malas, bosan dengan hidup, ingat perjuangan orang tua, buatlah orang tua terharu karena prestasi kita.” Itulah semua pesan beliau untuk semua mahasiswa terkhusus kepada mahasiswa BIDIKMISI umumnya utuk seluruh mahasiswa IAIN Kediri.

(Riz/Ink_Red)

Kategori: Berita

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

12 − 2 =

%d blogger menyukai ini: