Oleh : Tasi’ Nugroho
Masih dari temuan dari beberapa catatan yang berkaitan dengan litersi. Bahwa catatan memiliki pengaruh penting dalam kehidupan. Berbicara mengenai catatan dalam otak tak lepas dari kata-kata menulis. Menulis dalam kehidupan sangat penting selain pelajaran agar ttidak begitu juga hilang. Karena pentingnya menulis sahabat Asy-Syabi’i rahimahullah berkata “Apabila engkau mendengar sesuatu(ilmu) maka tulislah walaupun diatas tembok.” (HR. ABU KHAITSAMAH dalam Al-Ilmu no. 146). Menulis juga bisa dijadikan sebagai obat, eits,,, tapi jangan berfikir nanti tulisanya di rebus dalam air kemudian di minum. Kalau itu yang dilakukan sampai meminum sedrum pun juga tidak akan sembuh yang ada malah dirimu dibilang cah kakean micin hehe…bahkan menulis juga banyak digunakan sebagai bentuk pelampiasan rasa sedih, senang, sunyi, dll. Pernah mendengar cerita seorang sufi besar yang berasal dari daerah Rumm kalau tidak salah di negara Aafghanistan yang terkenal dengan filsafat cinta. Ya, beliau adalah Syech Maulana Jalaludin Rumi. Kita bercerita sedikit mengenai beliau dulu dalam kisah hidupnya Syeh Rummi pernah ditinggal oleh gurunya yaitu Syamsudin at-Tabrizi karena Syeh Rumi sudah mencapai tingkat kesufianya, akhirnya banyak orang-orang kampungnya yang membully dan memfinah karena ajaranya tidak sesuai para kyai-kyai yang ada dikampungya, karena takut Syeh Rumi akan semakin difitnah akhirnya gurunya meninggalkanya. Ketika menyadari ditinggal oleh gurunya Syeh rumi mencarinya dan tidak ketemu dari situ hidupnya dirundung kesepian yang oleh beliau akhirnya menulis syair-syair untuk mengungkapkan rasa rindu dan cintanya kepada gurunya. Kurang lebih seperti itu ceritanya, nah dari sini kalian paham kan jangan menganggap menulis adalah sesuatu yang remeh. Pernah Berkata al-‘Allamah ahli fiwh abad ini Imam Muhamad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah:
“Jika seorang penanya bertanya, apakah lupa itu mempunyai obat atau penyembuh?” beliau menjawab “Ya, lupa itu ada obatnya-dengan karunia dari Allah yakni dengan mencatat (menulis). oleh karena itu Allah memberi nikmat pada para hamba-Nya dengan hal itu(menulis)”
Nah dari sini kita menjadi megerti bagaimana kegunaan menulis. Mari kiata membahas mengenai menlis dengan hati disini saya mengibaratkan menulis itu seperti menyanyi. Jadi penyanyi yang digemari pendengar dan mampu mempengaruhi pendengar merupakan penyanyi yang berhasil dan terbaik. Supaya penyanyi bisa disukai dan didengarkan dengan hati maka menyanyikanya dengan hati. Ingat bukan membunyikanya lewat hati, tapi meresapi dengan hati jadi agar yang keluar juga dapat diresapi dengan hati. Karena bahasa hati akan lebih mudah diterima dan dimengerti dengan hati pula. Pernah saya mendengar dawuhipun Agus Faris al- Idrisa bahwasanya “orang akan paham dan hafal jika yang masuk dalam dirinya diterima oleh hati (senang)”.
Dengan demikian seperti halnya menulis, jika seseorang menulis dengan hati, maka akan sampai ke hati juga. Jika menulis tanpa diresapi dengan hati jangan harap bisa diterima sampai hati pembaca. Mungkin ya mampir sebentar di otak setelah itu hilang fan tidak memberikan dampak baik pada pembaca dan mungkin juga kurang di minati. Tujuan penulis kan agar tulisanya dibaca dan berpengaruh ya setidaknya ada manfaat untuk orang lain.
Yang terkahir tulisan ini berdasarkan hati atau bukan masih dibingungkan. Ya mungkin setengah-setengah, hehe.. Jika ada yang salah mohon maaf karena juga belajar, dan mohon saran dan komentarnya. Salam….!
0 Komentar