ANALISIS HAMBATAN PERAN ORANG TUA DALAM PENDAMPINGAN BELAJAR SISWA KELAS MERDEKA SELAMA PANDEMI (Studi Kasus di Desa Rejomulyo)
Yunis Futihat Rohmawati; Institut Agama Islam Negeri Kediri; [email protected]
Septiana Purwaningrum; Institut Agama Islam Negeri Kediri; [email protected]

ABSTRAK
Covid-19 was declared a pandemic by WHO on February 11, 2020. The government issued policies to reduce the rate of spread of Covid-19. One of the government’s policies is to enforce school from home, this makes the role of parents increasingly at home in assisting children’s learning. This journal article aims to describe the obstacles experienced by the parents of Merdeka Class students during home study assistance during the pandemic. The method used in this study is Participatory Action Research (PAR) which uses a qualitative descriptive analysis approach, with data collection techniques using; case study through interviews and observations of 15 active student guardians of the 20 total Merdeka Class students. The results of the study show that the obstacles experienced by parents in mentoring learning include obstacles in operating Degdet, lack of understanding of the material, inadequate internet service coverage, lack of internet package subsidies, poor time management, busy parents, and the absence of a clear curriculum. From the results of this study, it is hoped that it can help the community in recognizing the obstacles of parents in the process of assisting children’s learning during the pandemic. So that this research journal has a contribution to further research
Keywords : barriers, children, studying at home, the pandemic

ABSTRAK
Covid-19 sudah dinyatakan sebagai pandemic oleh WHO pada 11 Februari 2020. Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengurangi laju penyebaran Covid-19. Salah satu kebijakan pemerintah adalah memberlakukan sekolah dari rumah, hal tersebut membuat peran orang tua semakin besar di rumah dalam pendampingan belajar anak. Artikel Jurnal ini memiliki tujuan untuk menjabarkan hambatan-hambatan yang dialami oleh orang tua dari siswa Kelas Merdeka selama pendampingan belajar di rumah saat pandemi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Action Research (PAR) yang mana melalui pendekatan kualitatif deskriptif analisis, dengan Teknik pengumpulan data menggunakan; studi kasus melalui wawancara dan observasi kepada 15 wali murid siswa aktif dari 20 jumlah siswa Kelas Merdeka. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hambatan-hambatan yang di alami oleh orang tua dalam pendampingan belajar antara lain hambatan dalam mengoperasikan degdet, kurangnya pemahaman materi, jangkauan layanan internet yang tidak memadai, kurangnya subsidi paketan internet, management waktu yang kurang baik, kesibukan orang tua, serta tidak adanya kurikulum yang jelas. Dari hasil penelitian ini di harapkan bisa membantu masyarakat dalam mengenali hambatan-hambatan orang tua dalam proses pendampingan belajar anak selama pandemi. Sehingga jurnal penelitian ini memiliki kontribusi terhadap penelitian selanjutnya.
Kata Kunci : Hambatan, anak, belajar dirumah, masa pandemic

PENDAHULUAN
Awal tahun 2019 muncul virus baru yang menggemparkan dunia medis. Menyerang sistem pernafasan pada manusia. 11 Februari 2020 WHO menetapkan virus dengan nama coronavirus(Ningsih, 2020) yang kemudian diubah menjadi Covid-19. Virus ini menyebar dengan sangat cepat, penyebaran virus ini tidak memperhitungkan negara maju ataukah berkembang. Menyebar dari manusia ke manusia melalui partikel-partikel kecil pada bersin, batuk, pilek, atau bahkan bisa menempel pada benda-benda elektronik.
Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirale (Kelas, 2020). Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia, coronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan(Yunus & Rezki, 2020).
Pemberian nama virus berdasarkan pada struktur genetik yang terdapat didalamnya. Pada kasus Covid-19 pemberian nama berdasakan karakteristik seperti mahkota yang membentu virus. Ukurannya sekitar 26 sampai 32 kilobase. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia berkembang dengan pesat, bagi orang-orang dengan tingkat imunitas baik Covid-19 bisa di lawan. Akan tetapi bagi orang dengan tingkat imunitas rendah Covid-19 bisa mengancam jiwa. Terlebih lagi sangat mengerikan ketika orang yang terinfeksi memiliki penyakit bawaan seperti asma, jantung, dan lain sebagainya.
Virus ini tidak bisa di anggap remeh dalam penangananya. Gejala yang serupa dengan influenza membuat masyarakat menjadi lengah. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia ada 36.516.985 kasus. India menduduki peringkat kedua dalam jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia dengan jumlah kasus 31.092.097. Brasil berada di posisi ke tiga dengan data yang tercatat sebanyak 20.151.779 kasus. Rusia menjadi negara keempat dengan jumlah kasus 6.424.882 dan Pransis menjadi negara urutan kelima dengan jumlah kasus 6.284.708.
Di Indonesia sendiri Covid-19 mulai menyebar di awal bulan Maret tercatat tanggal 2 Maret 2019. Stasiun televisi mulai memberitakan kasus pertama yang di tangani Indonesia. Membuat pihak Bandara Soekarno-Hatta dan beberapa bandara lainya mengambil sikap untuk mencegah pertumbuhan virus. Berawal dari hal tersebut terjadi penambahan jumlah kasus setiap harinya. Hingga tahun 2021 tercatat ada 437,055 (11.8%)orang kasus aktif.
Tidak hanya bandara bahkan stasiun kereta api dan tempat umum ikut mengambil sikap dalam upanya memutus penyebaran Covid-19. Akan tetapi hal itu membuat semua orang kalang kabut dalam menghadapi Covid-19. Pandemi ini menjadi dirupsi sehingga kita perlu mengenali, mengatasi, dan mencegahnya agar ketidakpastian ini segera berkahir(Tuwu, 2020). Ada beberapa istilah yang menjadi pusat perhatian masyarakat seperti ODP Orang dalam Pemantauan, PDP Pasien Dalam Pengawasan, OTG Orang Tanpa Gejala, dan Positif Covid-19.
Pemerintah sudah melalukan berbagai upaya dalam menangani laju pertumbuhan virus ini. Adanya pembentukan gugus tugas dalam penanganan Covid-19 hal itu berlandasan dari Kepres Nomor 7 Tahun 2020. Selain itu ada penujukan dr. Achmad Yurianto sebagai juru Bicara Covid-19 tujuannya sangat sederhana agar masyarakat tidak panik dan pemerinta dengan leluasa menyaimpaikan rencana maupun progress terkait dengan Covid-19. Penerapan Pembatasan Sosial Bersekala Besar mengalami beberapa perubahan dari PSBB – PSBB Ketat – PSBB Transisi 2 – PPKM – PPKM Mikro – PPKM Darurat – PPKM Level 3&4. Menerapkan 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak)
Awal tahun 2020 warga menajdi pribadi yang siap siaga mulai dari menutup daerah masing-masing atau di kenal dikenal dengan sebutan lockdown. Bekerja dari rumah (work form home) Menurut American Time Use Survey (ATUS) bekerja dari rumah bisa berdasarkan cuti atau jadwal kerja yang fleksibel(Ciotti et al., 2020). Akan tetapi situasi dan kondisi saat ini memberikan pemaknaan yang berbeda terhadap bekerja dari rumah. Sehingga hal itu mengakibatkan karyawan swasta pada akhirnya di PHK besar-besaran. Akan Kegiatan belajar mengajar juga dilakukan dari rumah dan hanya mengandalkan kecanggihan teknologi. Bahkan penutupan tempat-tempa umum juga di berlakukan di seluruh Indonesia
Terkait kebijakan pemerintah tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan yang matang sebelum akhirnya di terapkan kepada masyarakat. Maka makna dari kebijakan itu sendiri merupakan suatu hubungan yang memungkinkan mencapai tujuan-tujuan atau sasaran sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Kekurangan atau kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui setelah kebijakan publik tersebut dilaksanakan. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan(Yunus & Rezki, 2020).
Sorotan utama dalam upaya pemerintah menangani Covid-19 adalah dalam dunia pendidikan. Melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 Nadiem Makarim menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara daring supaya Covid-19 bisa dicegah penyebaranya. Pembelajaran daring yang ditetapkan pemerintah diterapkan dari sekolah TK hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Sehingga dari kebijakan ini menuntut semua elemen unuk membrikan fasilitas-fasilitas pembelajaran agar kegiatan terlaksana dengan baik.
Pada dasarnya proses pembelajaran dari rumah harus bisa mengakomodasi kebutuhan siswa dalam belajar baik itu mengembangkan bakar ataupun minat sesuai dengan jenjang pendidikannya. Untuk itu memberikan bentuk nyata diperlukan kesiapan yang matang baik dari segi pendidik, kurikulum yang sesuai, ketersediaan sumber belajar, serta dukungan jaringan yang stabil gunanya agar komunikasi antar peserta didik dan pendidik tetap efektif (Arifa, 2020)
Sehingga peran dan fungsi dari satuan pendidikan dialih fungsikan peranya di satuan keluarga. Artinya pada saat ini rumah menjadi dunia semua orang untuk melakukan kegiatan. Baik itu bekerja dari rumah maupun belajar dari rumah. Pada setiap kebijakan yang di ambil tentunya memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dalam pembelajaran yang hanya di lakukan di rumah akan berdampak pada gangguan fisik yang disebabkan oleh kejiwaan dan tumpukan emosi seperti cemas berlebihan, stress, anti sosial dan lain sebagainya.
Yang terjadi di lapangan ternyata menujukan bahwa kegiatan belajar online memberikan beban tersendiri bagi orang tua. Banyak hambatan-hambatan yang timbul akibat kebijakan ini. Seperti kesiapan sumber daya menusianya, tidak adanya kurikulum yang jelas, arahan dari pemerintah daerah yang tidak tersampaikan dengan baik, dan dukungan teknologi maupun jaringan internet. Sehingga permintaan orang tua tidak sedikit untuk kembali belajar di sekolah. Gurupun memiliki kendala karena tidak bisa mengajar dengan maksimal. Hanya melalui platfrom Whats App, Google Clasroom, Zoom Metting, maupun Youtube dan hal itu tidak bisa serta merta memahamkan peserta didik dengan sangat mudah.
Sehingga yang terjadi dalam lapangan terdapat banyak sekali kekurangan dalam pembelajaran dari seperti antara guru dan siswa kurang adanya interaksi hal itu bisa mempengaruhi terbentuknya values dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar teori tidak begitu tersampaikan dengan baik. Dan tidak adanya motivasi belajar dari siswa(Putra, 2020). Sebab siswa tidak hanya butuh mengenai teori tapi kreatifitas juga harus diasah. Saat pandemic dalam upaya pemahaman teori juga memiliki tantangan besar dengan metode yang masih belum bisa ditetapkan dengan jelas.
Seorang guru sudah memiliki bekal tersendiri baik itu berbicara mengenai metode pembelajaran, management pembelajaran, atau bahkan keilmuan yang sudah didapatkan selama bangku perkuliahan. Hal itu berbeda dengan orang tua yang tidak duduk di bangku perkuliahan akan merasa sangat terbebani dengan kebijakan ini. zaman semakin berkembang termasuk juga teknologi saat ini. akan tetapi belum tentu juga orang tua yang hidup di tahun 80-an mengerti bagaimana mengoprasikan gadget dan memantau perkembangan anak ketika belajar dirumah.
Analisis hambatan orang tua dalam pendampingan belajar anak dirumah memang sudah ada beberapa peneliti yang menganggkat topik ini. Berdasarkan hal tersebut kajian dalam penelitian ini sangat penting dilakukan guna mengetahui hambatan-hambatan yang di alami oleh orang tua saat pendampingan belajar anak tertutawa siswa kelas merdeka yang berada di Desa Rejomulyo Kota Kediri Jawa Timur.

KAJIAN TEORI
Peran Orang Tua
Orang tua atau bisa juga disebut dengan keluarga terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak maupun Adik. Orang tua juga memiliki kategori bisa disebut dengan orang tua kandung, orang tua asuh, dan orang tua tiri. Yang disebut dengan orang tua adalah orang yang mendapatkan amanat dari Allah SWT untuk mendidik dan membesarkan titipanya yaitu anak dengan penuh kasih sayang serta tanggung jawab. Orang tua memiliki kewajiban yang sangat penting yaitu memberikan pengasuhan terbaik, pendidikan terbaik, serta bimbingan yang mampu membentuk karakter anak menjadi manusia yang berbudi luhur. Menurut Syafei setiap anak lahir ke dunia ini dengan membawa potensi dasar yaitu berupa nilai-niali kehidupan yang akan menjadi pendorong untuk dapat bertahan hidup di masyarakat disertai dengan potensi lainya(Syafei, 2002).
Perkembangan dan pertumbuhan anak berawal dari sebuah hubungan keluarga. Tugas dan peran orang tua adalah sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari hubungan ini anak akan mendapatkan pengetahuan dasar, keterampilan, minat bakat maupaun bagaimana cara bersikap dalam kehidupan. Orang tua memiliki kendali besar dalam membentuk karakter anak, karena sebagian besar waktu yang digunakan anak adalah berada di rumah. Maka dari itu pembentukan potensi dasar seorang anak sangat di pengaruhi oleh pembinaan dari orang tua. Untuk menggali potensi anak bisa dilakukan secara alamiah, artinya tidak memerlukan adanya stimulus dari lingkungan dalam proses pemembentuk potensi anak(Desmita, 2005). Akan tetapi perkembangan potensi tidak akan berjalan optimal. Sebaliknya apabila potensi anak sudah terlihat diperlukan stimulus pendukung dari lingkungan untuk potensi anak bisa berkembang secara optimal. Semua perkembangan anak tidak luput dari peran orang tua didalamnya.

Pembelajaran Dalam Kajian hukum dan Para Ahli.
Maka sesuai dengan Undang Undang 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 60 ayat 2 bahwa: tiap anak berhak mencari, menerima dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan(Siregar, 2013). Untuk menujang hal tersebut sekolah menjadi tempat terbaik dalam mengembangkan potensi anak. Tidak hanya itu sekolah menjadi tempat kedua pembentukan karakter pada anak dari proses belajar
Menurut Waston belajar sebagai proses interaksi anatara stimulus dan respon. Stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati dan dapat diukur(King, 2010). Menurut James O. Whittaker belajar adalah sebuah proses yang mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui sebuah latihan terus menerus dan sebuah pengalaman. Hal itu memberikan gambaran baru bagi anak ketika pertama kali mendapatkan suatu hal yang berbeda maka ia sudah dikatakan belajar walaupun masih belum memiliki progress didalamnya. Menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar merupakan proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan(Djamarah, 2008). Jadi anak bisa dikatakan telah belajar dari sesuatu hal ketika telah ada perubahan dalam dirinya melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga hal tersebut bisa merubah prilaku anak.
Menurut Skinner belajar adalah hubungan anatara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku(King, 2010). Menurut Drs. Slameto merumuskan pengertian belajar merupakan proses yang dilakukan oleh individu(Slameto, 2003). Artinya belajar merupakan bentuk dari proses dan hasil yang akan dirasakan oleh setiap induvidu. Maka dapat disimpulkan pengertian belajar adalah sebuah proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku baru dari sebuah pengalaman individu yang berinteraksi dengan lingkungan menyangkut adanya kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Untuk itu peran orang tua dalam keterlibatan proses belajar anak akan memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilannya. Dengan adanya keterlibatan dari orang tua anak akan mendapat pengalaman-pengalaman yang akan terbentuk menjadi kepribadian. Keterlibatan dari orang tua akan sangat membantu dalam proses belajar antara pendidik, orang tua, dan anak selama pandemic. Adanya sekolah daring menuntut orang tua tidak hanya memantau tugas sekolah melainkan orang tua dituntut untuk melakukan pendampingan kepada anak selama proses belajar di rumah. Menurut Isman belajar dirumah atau pembelajaran model daring merupakan pemanfaatan jaringan internet yang diselenggarakan melalui jejaring wab (Nugroho, 2020). Hal itu memberikan hambatan besar bagi orang tua

Pandemic
Pandemic adalah suatu wabah penyakit yang terjadi serempak atau menyeluruh di mana-mana, yang mana meliputi daerah geografis yang luas (seluruh negara atau benua). Covid-19 merupakan virus pembentuk adanya pandemic, pandemic sendiri epik yang menyebar ke seluruh negeri dan memberikan dampak besar terhadap warga dengan menyerang dalam jumlah besar(Daniel, 2020). Covid-19 bisa dikatakan sebagai salah satu pandemic apabila dapat mengakibatkan kematian besar-besaran, penularan virus terjadi dari manusia ke manusia secara pesat, virus menyebar hampir keseluruh dunia.
Hambatan adalah halangan atau rintangan yang cenderung bersifat negatif. Sebagai bentuk memperlambat laju yang sedang dilakukan oleh individu. Hambatan yang dialami orang tua merupakan dampak negatif dari peraturan pemerintah mengenai sekolah daring dan akan berpengaruh juga kepada perkembangan belajar anak. Menurut Rochman Natawijaya hambatan belajar merupakan suatu peristiwa yang dapat menyebabkan penghambatan dalam proses pembelajaran berlangsung(Ahmadi Abu dan Widodo Supriyono, 2008).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Participatory Action Research (PAR), melalui pendekatan Kualitatif, Deskriptif Analisis. dengan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik Observasi, wawancara dan Studi kasus. Penelitian ini merupakan bagian dari integral sebuah data yang mana peneliti ikut aktif dalam penentuan jenis data yang diinginkan. Maka penulis menjadi salah satu instrument riset yang harus terjun langsung ke lapangan. Sehingga hasil riset ini bersifat subjektif dalam segi penilaian. Metode kualitatif memiliki beberapa cara yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peneliti dalam pengambilan data. Pada teknik ini pengumpulan data di peroleh melalui observasi dan wawancara. Baik itu wawancara tak terstruktur/wawancara mendalam.
Wawancara dilakukan kepada 15 orangtua siswa aktif di Kelas Merdeka. Observasi dilakukan saat wawancara berlangsung maupun proses anak belajar di Kelas Merdeka. Sehingga fokus studi adalah peran orang tua dalam proses pembelajaran dirumah, hambatan-hambatan yang dialami orang tua saat pendampingan belajar anak, termasuk parenting atau polah asuh orang tua di rumah. Data yang terhimpun kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif dengan cara menarasikan data yang telah didapat dari seluruh gejala atau keadaan yang ada untuk menjawab tujuan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN
WHO sudah menyatakan Covid-19 sebagai pandemic global di seluruh dunia pada 11 Maret 2020. Sekolah dari rumah juga sudah dilakukan kurang lebih selama dua tahun. Kebijakan ini menujukan bahwa peran orang tua semakin besar dalam membimbing anak belajar di rumah. Selain berperan sebagai Ibu dan Ayah kesiapan mental orang tua harus juga berperan menggantikan tugas guru disekolah. Tuntutan ini yang mengakibatkan orang tua mengalami banyak sekali hambatan dalam pendampingan belajar anak. Seperti Hambatan dalam mengoperasikan degdet, kurangnya pemahaman materi, jangkauan layanan internet yang tidak memadai, kurangnya subsidi paketan internet, management waktu yang kurang baik, dan kesibukan orang tua. Maka harus ada perubahan dalam sistem pendidikan supaya belajar dari rumah bisa berjalan secara optimal.
Hasil penelitian hambatan peran orang tua dalam pendampingan belajar anak selama pandemic dapat di jabarkan secara spesifik dibawah ini.

Hambatan Dalam Mengoperasikan Gadget
Tidak bisa mengoperasikan gadget adalah salah satu hambatan orang tua. Sebab teknologi internet mulai berkembang pada tahun 2000-2005. Untuk orang tua yang lahir di tahun 80-an merasa kesulitan mengoperasikan gadget. Hal itu juga disebabkan karena kurangnya edukasi dari sekolah kepada orang tua. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang membahas dampak pandemic dalam pembelajaran daring, tidak semua orang tua mampu dalam mengoprasikan gadget atau bahkan tidak memiliki gadget maupun computer.
….jika hanya menggunakan Whats App saya masih bisa Mbak, tapi kalua mintak video call pakai aplikasi tertentu saya kurang paham bagaimana caranya….. (kutipan wawancara dengan Ibu RKP)
….Saya tidak terbiasa dengan handphone zaman sekarang, bingung bagaimana caranya karena jelas berbeda dengan handphone zaman dulu…. (kutipan wawancara dengan ibu RTW)
Dalam pembelajaran daring orang tua dituntut untuk berperan ganda. Selain sebagai Ayah dan Ibu orang tua harus berperan sebagaimana guru di sekolah. Kemampuan dalam bermain gadget pada setiap orang tua memiliki kadar yang berbeda-beda. Untuk itu sangat penting dilakukan sebuah komunikasi antara orang tua dan guru, untuk menujang kebutuhan anak dalam hal Pendidikan.

Kurangnya Pemahaman Materi
Fakta lapangan menujukan bahwa tidak semua orang tua mengerti akan materi yang diberikan oleh guru kepada anak-anaknya. Menyampaikan materi kepada siswa harus memiliki keterampilan khusus. Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyinggung mengenai kurangnya pemahaman materi dari orang tua, bahwa selama pandemic orang tua dituntut belajar bagaimana cara mengajar, sedangkan orang tua menganggap tugas yang diberikan oleh guru terlihat sulit yang menyebabkan sulit untuk menyampaikan kepada anak mengenai materi yang di pelajari. Kendala ini dirasakan hampir 13 wali murid menyatakan tidak mengerti akan materi yang di sampaikan hal itu di tunjukan dari hasil wawancara
….kalau anak-anak sekolah di rumah, banyak sekali materi-materi yang tidak saya pahami. Jadi semakin sulit anak untuk belajar….(kutipan wawancara denga Ibu IFD)
….terlalu sulit materinya, tidak ada di pelajaran saya dulu waktu sekolah…(kutipan wawancara dengan Ibu IR)
….dulu saya tidak kuliah mbak, jadi kurang paham dengan pelajaran anak sekarang…(kutipan wawancara dengan Ibu ZA)
….saya tidak mengerti sama sekali kalua anak-anak belajar matematika….(kutipan wawancara dengan Ibu TS)
….dikasih tugas sama guru, kalau anaknya tanyak saya kadang saya bisa kadang juga tidak.…(kutipan wawancara dengan Ibu DA)
….waaah saya tidak paham sama sekali mbak mengenai pelajatan MTS…(kutipan wawancara dengan Ibu S)
….Saya langsung browsing jawaban mbak, laah pelajaranya juga sulit….(kutipan wawancara dengan Ibu KM)
….Yaa kalau masih kelas 1 SD bisa saya tangani sendiri, kalau seperti anak saya kelas 6 SD sudah tidak bisa saya mbak…(kutipan wawancara dengan Ibu DW)
….Terkadang guru hanya mengigatkan tugasnya saja, entah anak memahami materi atau tidak kurang di perhatikan, saya sendiri untuk membantu memahamkan ya kurang bisa….(kutipan wawancara dengan Ibu NA)
Saat orang tua memiliki kendala terhadap materi yang di sampaikan, maka pembelajaran di rumah tidak bisa maksimal. Peran orang tua sangat penting dalam memahami materi dari sekolah sehingga bisa meningkatkan kualitas belajar anak. Kendala kurangnya pemahaman materi dari orang tua bisa disebut dengan kendala pedagogi. Sehingga untuk meminimalisir hal tersebut perlu adanya komunikasi atau musyawarah yang intens selama pandemic antara orang tua dan guru.

Jangkauan Layanan Internet yang Tidak Memadai
Di era 4.0 semua kegiatan serba menggunakan teknologi. Termasuk dalam kegiatan belajar dari rumah yang mengandalkan kecangihan teknologi. Hal itu tidak lepas dengan layanan internet. Tidak semua wilayah di Indoensia terjangkau oleh jaringan internet. Sehingga di beberapa titik memang memiliki jaringan internet yang sulit.
…Jaringan di rumah saya enak mbak, tapi kalau lagi keluar kota itu yang tidak selalu ada….(kutipan wawancara dengan Ibu A)
…saya pakai wifi kendalanya kalau lampu mati ya tidak ada lagi jaringan internetnya…(kutipan wawancara dengan Ibu MI)
Walaupun prihal sederhana, akan tetapi tidak mendapatkan jaringan internet yang stabil juga mengganggu proses belajar anak. Sebagai orang tua juga mengharapkan segala sesuatu yang terbaik bagi anak. Maka dalam prihal penanganan jaringan internet sebagai orang tua juga harus memahami karakteristik daerahnya masing-masing. Sehingga katu yang di pakai menyesuaikan dengan jaringan yang ada rumah.

Kurangnya Subsidi Paketan Internet
Kurangnya subsidi paket internet dari pemerintah memberikan hambatan besar bagi anak untuk bersekolah dari rumah. Karena saat ini proses kegiatan belajar mengajar mengandalkan paket internet. Hal ini menjadi beban tersendiri bagi orang tua, bukan lagi uang saku yang diberikan setiap hari akan tetapi haru ada pengeluaran baru untuk membeli paket setiap bulan atau setiap minggu.
…Jaringan internet saya bagus mbak, paket internetnya yang tidak bagus…(kutipan wawancara dengan Ibu DW)
….dudu itu dapet paketan gratis dari sekolah, tapi sudah masuk MTS sekarang belum pernah dapet paket internet….(kutipan wawancara dengan Ibu S)
….Susahnya sekolah daring itu kalau paketan habis, jadi anak saya tidak bisa ikut pelajaran…(kutipan wawancara dengan Ibu DA)
Bantuan dari pemerintah mengenai subsidi paket internet sudah ada sejak sekolah daring diberlakukan, hanya saja realisasi program tersebut untuk sampai ke tangan masyarakat sangat lama. Untuk itu banyak sekali wali murid yang mengeluhkan prihal paket data internet yang cepat habis akibat melakukan kegiatan pembelajaran. Maka antara pihak sekolah dengan orang tua harus memiliki mendiskusikan Kembali prihal sarana dan prasarana yang di dapatkan selama itu mendukung proses belajar mengajar dari rumah.

Management Waktu yang Kurang Baik
Setiap kegiatan dalam hidup memiliki aturan dan waktu sendiri-sendiri, dengan tujuan agar kegiatan satu sama lain tidak berbenturan. Hal itu sering kita kenal dengan management waktu. Akan tetapi sering kita jumpai ternyata orang tua memiliki kendala akan management waktunya. Adanya peraturan pemerintah sekolah dari rumah, menjadikan rumah menjadi pusat segala kegiatan.
….saya masih banyak kekurangan dalam mendampingi anak belajar. Masih belum ngurus ini itu sudah waktunya anak sekolah. Belum lagi tugasnya….(kutipan wawancara dengan Ibu RP)
….kendala terbesar di management waktunya ya mbak, untuk materi dan lainya saya masih bisa membantu memahamkan, tapi untuk mengatur waktu saja dengan waktu belajar anak saya masih banyak kurangnya. Sebab bila anak belajar dating ke sekolah ini akan menjadi tanggung jawab guru. Akan tetapi sekarang kan menjadi beban orang tua juga….(kutipan wawancara dengan Ibu ZA)
Prihal mengatur waktu adalah hal yang sepele, akan tetapi memiliki dampak besar dalam kehidupan. Bagaimana kita mengatur waktu dalam satu hari untuk sepuluh kegiatan. Sebagai orang tua, dituntut untuk besikap dewasa dan dapat memecahkan permasalahan dalam hidup. Terlebih lagi dalam urusan mengajar anak. Saat ini anak sedang membutuhkan peran orang tua lebih besar dari biasanya, ketika orang tua tidak bisa memanagemet waktunya dengan baik, maka akan berdampak pada anak. Untuk itu penting memberikan edukasi kepada anak untuk bisa mengatur waktunya sendiri sejak dini, dengan begitu anak akan terbiasa dengan perubahan jadwal dari luar yang tidak ada dalam rencanya. Dan untuk orang tua harus sering di komunikasikan bersama Ayah ataupun Ibu mengenai pendampingan belajar anak di rumah, sehingga anak tidak menjadi korban dari kegagalan management waktu orang tua.

Kesibukan Orang Tua
Sekarang banyak sekali kedua orang tua yang memiliki pekerjaan. Apabila dulu seorang Ayah di tuntut untuk bekerja, sekarang dengan penyetaraan gender banyak kaum hawa yang juga ikut bekerja mencari uang. Kegiatan itu memang sah dilakukan, akan tetapi memiliki dampak yang besar bagi anak.
….Enak belajar dating ke sekolah, pagi saya bisa kerja anak pulang saya juga pulang. Kebetulan saya kerja setengah hari….(kutipan wawancara dengan Ibu KM)
….Lebih baik anak saya les di tempat njenengan, jadi saya tenang saat bekerja anak-anak sudah ada yang mengawasi belajar kalau les….(kutipan wawancara dengan Ibu IR)
….kalau saya bekerja ya anak-anak tidak ada yang mendampingi belajar mbak, cuma saya control aja sepulang kerja mengenai tugas-tugas mereka…(kutipan wawancara dengan Ibu IFD)
Adanya keterbatasan waktu dari orang tua dalam pendampingan anak belajar di rumah seharusnya bukan lagi menjadi penghalang. Peran orang tua adalah sebagai pendidik pertama dalam pendidikan keluarga, untuk itu orang tua harus berupaya semaksimal mungkin dalam pendampingan belajar selama pandemic. Maka momen belajar dari rumah tidak akan mustahil di lakukan ketika ada sinergisitas dari semua pihak, tentang bagaimana upaya menjadi pendidik dan sekaligus sebagai peserta didik.
Tidak Adanya Kurikulum yang Jelas
Kurikulum merupakan sebuah komponen penting dalam Pendidikan di Indonesisa. Kurikulum merupakan sebuah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, maupun bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid serta metode yang akan di gunakan. Kurikulum merupakan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu ketika tidak ada kurikulum yang jelas saat proses belajar daring hal itu sangat merepotkan orang tua di rumah.
…dulu kurikulumnya KTSP terus diubah menjadi kurikulum K13. Jadi belajarnya tema-tema, awal dulu sempet kebingungan juga mengenai kurikulum baru. Sekarang sudah harus belajar di rumah menggunakan kurikulum yang sama, sulit mbak memahamkan anaknya. Hanya berpacu pada tugas dan tugas. Pemahaman anak harusnya menjadi sorotan…(kutipan wawancara dengan Ibu R)
Sebagaimana fungsi dari kurikulum bagi siswa adalah sebagai sarana dalam mengukur kemampuan Pendidikan, melaksanakan proses pembelajaran dengan mudah. Dan hal itu harus di pahami oleh tenaga pendidik. Akan tetapi orang tua yang kurang mengerti mengenai tujuan dan fungsi dari kurikulum akan sangat kesulitan dalam proses pendampingan anak. Untuk itu edukasi kepada orang tua mengenai pembelajaran system daring harus dilakukan agar orang tua memahami fungsi dan perannya sebagai orang tua yang harus merangap menjadi guru seperti di sekolah.

SIMPULAN
Dapat disimpulkan hambatan-hambatan yang di alami oleh orang tua dalam pendampingan belajar selama pandemic antara lain hambatan dalam mengoperasikan degdet, kurangnya pemahaman materi, jangkauan layanan internet yang tidak memadai, kurangnya subsidi paketan internet, management waktu yang kurang baik, kesibukan orang tua, serta tidak adanya kurikulum yang jelas

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Widodo Supriyono. (2008). Psikologi Belajar. Rineka Cipta.
Arifa, F. N. (2020). TANTANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN BELAJAR DARI RUMAH DALAM MASA DARURAT COVID-19. 12(7), 14–18.
Ciotti, M., Ciccozzi, M., Terrinoni, A., Jiang, W., Wang, B., Bernardini, S., Ciotti, M., Ciccozzi, M., Terrinoni, A., Jiang, W., Ciotti, M., Ciccozzi, M., Terrinoni, A., Jiang, W., & Wang, C. (2020). Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences The COVID-19 pandemic. Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences, 57(6), 365–388. https://doi.org/10.1080/10408363.2020.1783198
Daniel, S. J. (2020). Education and the COVID-19 pandemic. PROSPECTS, 49(1), 91–96. https://doi.org/10.1007/s11125-020-09464-3
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya.
Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Rineka Cipta.
Kelas, T. (2020). Pandemi covid-19.
King, A. L. (2010). Psikologi Umum : Sebuah Pengantar Apresiatif. Jakarta : Bumi Aksara, 44.
Ningsih, S. (2020). Kajian dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBELAJARAN DARING. Jurnal Inovasi Teknologi Pembelajaran, 7(2), 124–132. https://doi.org/10.17977/um031v7i22020p124
Nugroho, S. A. (2020). Studi Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), 265–276.
Putra, T. J. (2020). Sosialisasi Penggunaan Aplikasi Zoom Meeting dan Google Classroom Pada Guru Di SDN 17 Mata Air Padang Selatan. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), 1–4.
Siregar, N. S. S. (2013). Persepsi Orang Tua Terhadap Pentingnya Pendidikan Bagi Anak (p. Vol 1 No 1).
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Syafei, S. (2002). Bagaimana Anda Mendidi Anak. In Jakarta:Aksara Baru. Rineka Cipta.
Tuwu, D. (2020). KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID-19. Journal Publicuho, 3(2), 267–278. https://doi.org/10.35817/jpu.v3i2.12535
Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(3), 227–238. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eighteen − seven =

%d blogger menyukai ini: