Judul : Hope

Sutradara: Lee Joon-ik

Penulis: Jo Joong-hoon, Kim Ji-hye

Pemeran: Lee Re sebagai Im So-Won, Sol Kyung-gu sebagai Im Dong-hoon, Uhm Ji-won sebagai Kim Mi-hee, Kim Hae-Sook sebagai Song Jung-sook, Kim Sang-ho sebagai Hang Gwang-sik, Ra Mi-ran sebagai Ibu Young-seok, Yang Jin-sung sebagai Do-kyung, Kim Do-yeob sebagai Han Young-seok

Distributor : Lotte Entertainment

Tanggal rilis : 2 Oktober 2013

Durasib: 02.03.07

Bahasa : Korea

Sinopsis

Seorang gadis bernama Im So-Won yang diperankan oleh Lee Re, berjalan menuju sekolah saat hujan deras. So-won adalah gadis kecil berusia 8 tahun yang duduk di bangku sekolah kelas 2. Kejadian menyedihkan harus di alami oleh So-won karena telah menerima pelecehan seksual oleh pria asing. Hal itu mengakibatkan So-won mengalami luka parah.

Memberikan kesedihan untuk orang tua So-won, terlebih ibunya yang sedang mengandung anak kedua. Bagi So-won kejadian itu tidak hanya memberikan penderitaan fisik tapi hal itu memberikan trauma yang sangat besar. Sempat tidak mau berbicara dengan siapapun, sehingga harus di bantu dengan terapis anak.

So-won menolak untuk bertemu dengan Ayahnya karena masih merasa takut melihat laki-laki dewasa. Usaha sang ayah harus memakai kostum badut kesayangan So-won untuk bisa berada dekat dengannya.

 

Ulasan

Film dari Korea Selatan ini di produksi pada tahun 2013. Diangkat dari kisah nyata dalam Kasus Mayoung yang terjadi pada tahun 2008. Seorang gadis berusia 8 tahun mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh laki-laki berusia 57 tahun. Ia melakukan kejahatan keji itu di dalam toilet umum. Akan tetapi pengadilan hanya menghukum pelaku selama 12 tahun penjara.

Pemeran utama Im So-won terlahir dari keluarga yang tidak terlalu kaya. Ibunya membuka toko mainan di depan rumahnya dan Ayahnya hanya sekedar buruh pabrik. Hal pertama yang saya soroti dalam film ini adalah keteledoran orang tua, yang terlalu sibuk dalam dunianya masing-masing. Sang ayah ketika dirumah hanya focus pada televisi dan pergi pekerja, begitupun dengan Ibu yan sibuk dengan menjual mainan sekaligus membersihkan rumah. Akhirnya hal itu yang membuat so-won menjadi anak yang mandiri. Merasa bisa melakukan segala hal.

Setelah mendapatkan pelecehan seksual So-won mendapat luka yang sangat parah. Saya saja yang menonton merasa tidak tega dan benci kepada penjahat. Melakukan hal tersebut kepada anak kecil. So-won mengalami kerusakan parah pada bagian anus, sehingga harus membuat anus buatan. Kerusakan yang di alami So-won tidak sebanding dengan hukuman yang di dapat penjahat. Mengingat film ini diangkat dari film nyata.

Terlihat sekali guncangan emosional yang di alami Ibu So-won, berbeda dengan sang Ayah yang bersikap sedikit lebih tenang dan bisa mengambil setiap Tindakan. Tapi sang ayah mulai kehilangan akal setelah persidangan berlangsung, merasa kecewa dengan keputusan yang tidak adil Ayahnya ingin membunuh penjahat. Tapi di hentikan oleh So-Won dengan memeluk kakinya.

Disitu saya merasa sedih sekaligus geram dengan kadial yang sebenarnya sama saja antara di Indoensia dan Korea. Walaupun dijebloskan ke penjara. Tapi kerusakan yang di alami So-won tidak sebanding. Yang lain yang saya soroti adalah proses terapis dengan So-won saat pemulihan. Ternyata pemulihan luka emosional lebih berat dari pada luka fisik. Luka fisiknya sudah mulai memudar, akan tetapi luka batinya belum. Sempat tidak mau bertemu dengan ayahnya dan laki-laki dewasa, sempat juga tidak mau berbicara dengan siapapun.

Dan film ini menghadirkan dukungan sosial dari teman-teman kelas So-won. Meskipun masih kecil dan tidak tau apa yang terjadi pada temanya, tapi mereka memberikan dukungan sosial sehingga So-won lebih mudah untuk pergi ke sekolah. Dan seharunya begitulah dunia yang nyata. Saling memberi dukungan tak kala teman kita mengalami kesusahan.

Penulis : Bunga

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × 5 =

%d blogger menyukai ini: