Judul

 

: Layla Majnun

Sutradara : Monty Tiwa
Penulis Skenario : Alim Sudio
Pemeran : Reza Rahadian

Acha Septriasa

Baim Wong

Beby Tsabina

Dian Nitami

Natasha Rizki

Uli Herdiansyah

Eriska Rein

Landung Simatupang

Penata Musik : Andi Rianto
Distributor : Netflik
Tanggal Liris : 11 Februari 2021
Durasi : 01.59.04
Bahasa : Bahasa Indonesia dan
Sinopsis  

Mengkisahkan kisah cinta antara Layla (Aca Septriasa), Samir (Reza Rahadian), dan Ibnu (Baim Wong). Layla adalah seorang dosen muda yang cantik,dan mandiri. Mengajar di pesantren dan memiliki cita-cita bisa keluar negeri. Hingga suatu ketika keinginan tersebut tercapai dengan menjadi dosen tamu disalah satu kampus yang ada di Azerbaijan. Sebelum keberangkatanya nampaknya teman masa kecil Layla yaitu Ibnu yang sekaligus seorang calon bupati datang untuk melamar. Karena tidak bisa banyak berbuat, Layla menerima lamaran dengan 2 syarat. Salah satunya diizinkan pergi ke Azerbaijan.

Ternyata Azerbaijan memberikan ruang dan waktu untuk anak adam saling bertemu. Sosok Samir yang romantic membuat Layla jatuh cinta, begitupun sebaliknya. Tapi karena perjodohan yang sudah dijanjikan Layla berada pada dilem yang besar. Memilih tetap bersama Samir sebagai cintanya ataukah menyelamatkan keluarganya dengan memilik Ibnu sebagai suami.

 

Ulasan

Film yang di angkat dari novel legendaris Layla Majnun karya Nizam Ganjavi pada abad ke-12. Membuat saya penasaran, saya kira film ini akan menceritakan sosok Layla dan Qays dari Azerbaijan yang memiliki akhir kisah cinta tragis. Tapi film garapan Monty Tiwa menghadirkan bentuk baru dengan membawa Novel Layla Majnun dalam ceritanya. Jadi film ini tidak menceritakan isi dari novel tersebut, tapi memberikan sebuah kisah dari sosok Layla yang diperankan oleh Acha Septriasa memiliki mimpi untuk bisa mengajar diluar negeri.

Tapi sayang sosok Layla di awal film pengambaranya kurang jelas. Sebagai guru di pesantren, atau sebagai dosen, atau malah sebagai penulis. Namun, karakter yang di bawakan Acha ini merupakan gadis yang kuat, tumbuh tanpa seorang bapak dengan mengingat pesan darinya “Cintaku kepada Rama adalah Suci dan aku adalah perempuan yang tidak mau begitu saja dinikahkan karena harta” tapi sayang pesan itu tidak bisa dipegang teguh tak kala berhadapan dengan perjodohan yang sudah di atur oleh Pakdhenya yang kejam. Namun Layla masih bisa menjadi wanita salehah agar bisa memberikan cinta suci pada kasih seperti Rama.

Nuansa lokal kembali di hadirkan oleh Monty Tiwa, perjodohan merupakan ciri khas permasalahan untuk wanita-wanita di Indonesia. Permasalahan yang muncul di awal sunggu kompleks, ibu yang tidak memiliki pengaruh apa-apa di rumah itu dan Pakdhe yang bertindak tidak wajar hingga mengatur kehidupan Layla. Seperti biasa harta dan tahta menjadi daya tarik pakdhe sebagai wali Layla untuk bisa menjadi kaya, dengan dalih keluarga Ibnu yang di perankan oleh Baim Wong sudah memberikan banyak bantuan termasuk menyekolahkan Layla.

Disitu kita masih disuguhkan tentang kenyataan bahwa perjodohan sebenarnya memang masih ada di Indonesia. Ketidak bebasan wanita untuk memilih laki-laki yang dicintainya sebagai calon suami. Hal berbeda disuguhkan ketika Layla datang ke Azerbaijan. Nuansa kota yang indah terasa modern dengan megahnya bangunan-bangunan yang berada di sana. Disinilah sosok Samir yang di perankan oleh Reza menampakkan pesonanya. Tatapan pertama Layla pada Samir memberikan gambaran akan sosok Samir yang pintar, berani, dan romantis. Sampai sini kisah cinta masih klise. Dengan pertemuan yang membuat sang tokoh saling jatuh cinta. Berjalan-jalan di negeri orang untuk menciptakan sebuah kenangan indah dan lain sebagainya

Sampai halnya pada bagian film yang memberikan gut puch membuat penonton bisa menangis tersedu-seduh dan merasakan sakit nyeri di dada yang hebat. Pertemuan antara Layla dan Ibnu yang secara tidak sengaja disambut oleh dosen sekaligus Samir yang menyiapkan sendiri hidangan-hidangan mereka. Suasana penonton di bawah tegang sekaligus merasa benci akan sosok Ibnu yang digambarkan semula menarik simpati kemudian malah mengundang emosi. tidak begitu menujukan sosok laki-laki, tidak pintar, hanya berjalan seperti boneka karena arahan dari Ayahnya. Tapi Baim Wong sukses membawakan karakter tersbut, walaupun saya tetap sebal menontonya.

Beberapa adegan kisah Layla dan Samir diberikan sentuhan-sentuhan novel Layla Majnun seperti adegan dirumah istri sahabanya dengan cuaca dingin Samir berteriak dari depan jendela dan berbicara “Apa kamu pernah mendengar kisah Qais yang mengutarakan cintaya di dinding?” sepenggal kalimat itu memang mengambarkan sosok Samir yang sedang berada di balik dinding rumah yang dihunni Layla. Sentuhan-sentuhan lainya seperti Samir yang menjadi gila akan kepergian Layla ke Indonesia. Dia bahkan rela menjadi gila demi Layla. Begitu juga kisah Qais dan Layla, yang diangap gila oleh orang karena cintanya kepada Layla.

Durasi hampir 2 jam membuat film sedikit membingungkan, Layla datang ke Azerbaijan sebagai dosen tamu dan kemudian Samir datang ke Indonesia sebagai dosen tamu dipesantren. Mereka bertemu dan tiba-tiba mereka memiliki janji di sebuah jembatan. Cukup membuat penonton berfikir, tapi itu semua di balut mulus dengan karakter yang diperankan mampu menguras air mata. Pilihan yang diambil oleh tokoh utama yaitu Layla membuat penonton bingung dan sempat berfikir “Sepertinya kisah film ini akan berakhir sama dengan kisah Layla Majnun. Samir mati meninggalkan Layla karena ternggelam bersama”

Tapi tetap saja film ini mengadirkan romansa kisah cinta klasik nuansa lokal dari sebuah novel terkenal. Menghadirkan hal-hal yang lekat dengan Indonesia seperti kecelakaan yang bisa saja terjadi oleh nelayan-nelayan Indonesia. Budaya wayang yang masih menjadi identitas dengan seting tempat rumah Layla yang sangat begitu kejawen. Minum-minum man keras yang diusung dalam film juga mengambarkan di Indonesia masih banyak di jual bebas minuman-minuman memabukan. Dan film ini cocok untuk ditonton berama keluarga ataupun teman. Jangan lupa siapkan tisu karena akan banyak menguras air mata pada bagian tengah menuju akhir

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eleven − 9 =

%d blogger menyukai ini: