Oleh : Novi Bahotul Ilmiah
Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang sangat kompleks, itu kaerna mereka terikat dengan kehidupan manusia dan perkembangan manusia itu sendiri, mengingat manusia juga merupakan makhluk yang kompleks. Pendidikan yang berkembang mengikuti arus perkembangan masa tentunya akan berubah dan berkembang berdasarkan perkembangan kebudayaan atau kehidupan dari si pelaku pendidikan ini. Oleh karenanya, membentuk sebuah pendidikan yang berkarakter itu penting demi terujudnya tatanan masyarakat yang baik di setiap masanya. Hal itu karena setiap masa yang memiliki kondisi masyarakat yang berbeda, membuat pendidikan harus bisa fleksibel namun tetap menjunjung nilai kearifan pendidikan itu sendiri, yakni demi mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pembahasan
Pendidikan memiliki beberapa pengertian. Kata pendidikan sendiri memiliki beberapa istilah untuk diartikan, yakni paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Anwar 2013). Merujuk pada konsep bahasa secara (lughawiya) tentang pendidikan, pendidik, dan mendidik tersebut, dapt disederhanakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani untuk memperoleh hasil dan presetasi, sehingga ia dapat mencapai kedewasaan (Anwar 2013). Jadi bisa diartikan bahwa pendidikan merupakan bentuk dari hasil peradaban manusia yang dilandasi bentuk pemikiran atau filsafat pendidikan dari daerah itu sendiri, sebagai wujud usaha manusia dalam perkembangannya demi usaha mengembangkan kehidupannya. Pendidikan biasanya memiliki karkter yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana cara pandang pendidikan itu sendiri. Seperti bagaimana pendidikan masyarakat Barat akan berbeda dengan bagaimana pendidikan dari masyarakat daerah Timur. Itu karena adanya kebudayaan dan pemikiran dalam bingkai filsafat pendidikan masing-masing daerah yang berbeda. Begitupun Indonesia yang memiliki landasan dalam pendidikan mereka sendiri. Di dalam pendidikan sendiri ada tiga unsur pembentuk atau esensi, yakni pendidik, peserta didik atau anak didik, keamudian tujuan dari didikan tersebut. Oleh karena adanya unsur pembentuk di dalam pendidikan, tentu ada pula faktor-faktor pendidikan di dalamnya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Hasbullah. Menurutnya faktor-faktor pendidikan dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi satu sama lain. Perbuatan mendidik memuat faktor-faktor tertentu yang saling mempengaruhi dan menetukan, yaitu : adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya subjek manusia (pendidik dan peserta didik) yang melakukan pendidikan, yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (mileu), dan menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan. (Anwar 2013) Dari unsur-unsur pendidikan tadi, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh setiap bagainnya. Beberapa poin penting yang harus diperhatikan terutama dalam perkembangan pendidikan, khususnya di Indonesia saat ini, adalah kejujuran, tanggung jawab, dan pembentukan karakter, adapun beberapa hal lain juga menjaddi pembahasan penting, akan tetapi tiga hal inilah yang saat ini cukup mengkhawatirkan bagi kondisi pendidikan di Indonesia. Kejujuran menjadi hal yang mesti diperhatikan, sebab di dalam pendidikan ada proses pembentukan karakter tadi. Ketika rasa kejujuran ini gagal dibentuk di dalam ruang lingkup suatu lingkungan pendidikan, bukan tidak mungkin tanggung jawab pun akan dilalaikan. Tanggung jawab itulah yang menjadi hasil dari pembelajaran yang dilakukan dalam proses pendidikan. Seseorang akan dikatakan berpendidikan ketika dia bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain dan makhluk lain, juga kepada Tuhan mereka sendiri. Itulah mengapa kesuksesan pendidikan ini bisa dinilai dari berhasilkah anak didik tadi dalam mencapai sebuah tanggung jawab. Karena ini adalah soal pendidikan, yang tidak terbatas pada hal kecerdasan intelektual saja, melainkan sebuah usaha pengembangan peradaban dari segala aspek kehidupan. Dan tentunya hal ini pasti tidak lepas dari kecerdasan emosional setiap pribadi itu pula. Pembentukan karakter di dalam dunia pendidikan Indonesia saat inilah yang sedang dikhawatirkan. Diingat dan dilihat kembali bagaimana merajalelalnya rasa ketidakjujuran di dalam dunia pendidikan. Seperti misalnya, saling mencontek, mencuri jawaban, melakukan plagiarisme, tawuran di antara pelajar, dan masih banyak lagi. Mirisnya, para akademisi dan pendidik yang malah ikut terjun di dalamnya. Seperti seorang guru yang mencuri soal UN demi kelulusan siswanya, seorang guru membiarkan contek mencontek di antara siswanya, seorang dosen yang meluluskan mahasiswa dengan karya plagiarisme dengan syarat membayar uang, sungguh miris dan sangat disayangkan semua itu terjadi, sebab jika dilihat semua itu mereka lakukan demi mendapat kekayaan tanpa memperhatikan dampaknya bagi peserta didik itu sendiri di masa yang akan datang (Samani 2016). Di sini saja bau korupsi yang sangat tidak etis di dalam dunia pendidikan sudah tercium, bagaimana nanti peserta didiknya dalam merealisasikan tanggung jawab di masa depan? Itulah mengapa, pendidikan saat ini perlu memperhatikan lebih detail lagi dari sisi pengembangan karakter pendidikan. Karena itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan masyarakatnya pula. Ketika pendidikan karakter sudah terbentuk, maka seluruh tatanan masyarakat dan perkembangan peradaban sudah dipastikan akan mencapai keberhasilan. Penutup Dari segenap pemamaran singkat di atas, bisa kita dapat, bahwa pendidikan yang baik hendaknya memiliki model atau konsep pendidikan karakter di dalamnya, demi terbentuknya hasil pendidikan yang baik bagi para peserta didik. Karena pendidikan pada dasarnya adalah demi tercapainya kehidupan yang lebih baik, berarti dalam usaha mencapainya pun harus baik pula. Karena suatu hal ketika ditempuh dengan jalan yang kurang baik, maka akan memiliki hasil yang kurang baik pula. Begitu pun di dalam pendidikan, ketika pendidikan dan kegiatan yang menyangkut di dalamnya dilaksanakan dengan baik, tentu akan mebuahkan hasil yang baik pula, entah bagi pendidik maupun peserta didik itu, sistem atau tujuan pendidikannya itu sendiri pun akan mendapat pandangan positif dari masyarakat umum. Daftar Pustaka Sumber buku Anwar, Prof. Dr. H. Hafid. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013. Samani, Prof. Dr. Muchlas. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset, 2016. Sumber Jurnal Sulindawati, Ni Luh Gede Erni, 2018, Analisis unsur-unsur Pendidkan masa Lalu sebagai Dasar Penentuan Arah Kebijakan Pembelajaran Pada Era Globalisasi, Jurnal, diakses pada 9 November 2022 pukul 08.0 WIB, melalui
Pendidikan memiliki beberapa pengertian. Kata pendidikan sendiri memiliki beberapa istilah untuk diartikan, yakni paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Anwar 2013). Merujuk pada konsep bahasa secara (lughawiya) tentang pendidikan, pendidik, dan mendidik tersebut, dapt disederhanakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani untuk memperoleh hasil dan presetasi, sehingga ia dapat mencapai kedewasaan (Anwar 2013). Jadi bisa diartikan bahwa pendidikan merupakan bentuk dari hasil peradaban manusia yang dilandasi bentuk pemikiran atau filsafat pendidikan dari daerah itu sendiri, sebagai wujud usaha manusia dalam perkembangannya demi usaha mengembangkan kehidupannya. Pendidikan biasanya memiliki karkter yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana cara pandang pendidikan itu sendiri. Seperti bagaimana pendidikan masyarakat Barat akan berbeda dengan bagaimana pendidikan dari masyarakat daerah Timur. Itu karena adanya kebudayaan dan pemikiran dalam bingkai filsafat pendidikan masing-masing daerah yang berbeda. Begitupun Indonesia yang memiliki landasan dalam pendidikan mereka sendiri. Di dalam pendidikan sendiri ada tiga unsur pembentuk atau esensi, yakni pendidik, peserta didik atau anak didik, keamudian tujuan dari didikan tersebut. Oleh karena adanya unsur pembentuk di dalam pendidikan, tentu ada pula faktor-faktor pendidikan di dalamnya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Hasbullah. Menurutnya faktor-faktor pendidikan dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi satu sama lain. Perbuatan mendidik memuat faktor-faktor tertentu yang saling mempengaruhi dan menetukan, yaitu : adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya subjek manusia (pendidik dan peserta didik) yang melakukan pendidikan, yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (mileu), dan menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan. (Anwar 2013) Dari unsur-unsur pendidikan tadi, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh setiap bagainnya. Beberapa poin penting yang harus diperhatikan terutama dalam perkembangan pendidikan, khususnya di Indonesia saat ini, adalah kejujuran, tanggung jawab, dan pembentukan karakter, adapun beberapa hal lain juga menjaddi pembahasan penting, akan tetapi tiga hal inilah yang saat ini cukup mengkhawatirkan bagi kondisi pendidikan di Indonesia. Kejujuran menjadi hal yang mesti diperhatikan, sebab di dalam pendidikan ada proses pembentukan karakter tadi. Ketika rasa kejujuran ini gagal dibentuk di dalam ruang lingkup suatu lingkungan pendidikan, bukan tidak mungkin tanggung jawab pun akan dilalaikan. Tanggung jawab itulah yang menjadi hasil dari pembelajaran yang dilakukan dalam proses pendidikan. Seseorang akan dikatakan berpendidikan ketika dia bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain dan makhluk lain, juga kepada Tuhan mereka sendiri. Itulah mengapa kesuksesan pendidikan ini bisa dinilai dari berhasilkah anak didik tadi dalam mencapai sebuah tanggung jawab. Karena ini adalah soal pendidikan, yang tidak terbatas pada hal kecerdasan intelektual saja, melainkan sebuah usaha pengembangan peradaban dari segala aspek kehidupan. Dan tentunya hal ini pasti tidak lepas dari kecerdasan emosional setiap pribadi itu pula. Pembentukan karakter di dalam dunia pendidikan Indonesia saat inilah yang sedang dikhawatirkan. Diingat dan dilihat kembali bagaimana merajalelalnya rasa ketidakjujuran di dalam dunia pendidikan. Seperti misalnya, saling mencontek, mencuri jawaban, melakukan plagiarisme, tawuran di antara pelajar, dan masih banyak lagi. Mirisnya, para akademisi dan pendidik yang malah ikut terjun di dalamnya. Seperti seorang guru yang mencuri soal UN demi kelulusan siswanya, seorang guru membiarkan contek mencontek di antara siswanya, seorang dosen yang meluluskan mahasiswa dengan karya plagiarisme dengan syarat membayar uang, sungguh miris dan sangat disayangkan semua itu terjadi, sebab jika dilihat semua itu mereka lakukan demi mendapat kekayaan tanpa memperhatikan dampaknya bagi peserta didik itu sendiri di masa yang akan datang (Samani 2016). Di sini saja bau korupsi yang sangat tidak etis di dalam dunia pendidikan sudah tercium, bagaimana nanti peserta didiknya dalam merealisasikan tanggung jawab di masa depan? Itulah mengapa, pendidikan saat ini perlu memperhatikan lebih detail lagi dari sisi pengembangan karakter pendidikan. Karena itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan masyarakatnya pula. Ketika pendidikan karakter sudah terbentuk, maka seluruh tatanan masyarakat dan perkembangan peradaban sudah dipastikan akan mencapai keberhasilan. Penutup Dari segenap pemamaran singkat di atas, bisa kita dapat, bahwa pendidikan yang baik hendaknya memiliki model atau konsep pendidikan karakter di dalamnya, demi terbentuknya hasil pendidikan yang baik bagi para peserta didik. Karena pendidikan pada dasarnya adalah demi tercapainya kehidupan yang lebih baik, berarti dalam usaha mencapainya pun harus baik pula. Karena suatu hal ketika ditempuh dengan jalan yang kurang baik, maka akan memiliki hasil yang kurang baik pula. Begitu pun di dalam pendidikan, ketika pendidikan dan kegiatan yang menyangkut di dalamnya dilaksanakan dengan baik, tentu akan mebuahkan hasil yang baik pula, entah bagi pendidik maupun peserta didik itu, sistem atau tujuan pendidikannya itu sendiri pun akan mendapat pandangan positif dari masyarakat umum. Daftar Pustaka Sumber buku Anwar, Prof. Dr. H. Hafid. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013. Samani, Prof. Dr. Muchlas. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset, 2016. Sumber Jurnal Sulindawati, Ni Luh Gede Erni, 2018, Analisis unsur-unsur Pendidkan masa Lalu sebagai Dasar Penentuan Arah Kebijakan Pembelajaran Pada Era Globalisasi, Jurnal, diakses pada 9 November 2022 pukul 08.0 WIB, melalui
0 Komentar