MINIMNYA KESOPANAN ORANG YANG BERPENDIDIKAN

Feni Seftiyanasari

 

Kehidupan manusia  pasti memiliki lika-liku yang berbeda-beda. Banyak cara untuk menjalankannya, mulai dari cara yang benar hingga cara yang tidak tepat. Semuanya tergantung dari seberapa pengalaman masyarakat, dan pengalaman tersebut salah satunya bisa dicari melalui pendidikan.  Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai pendidikan, ada yang memandang baik ada yang memandang buruk, karena tidak semua orang beruntung dalam hal pendidikan. Kebanyakan mereka yang ingin melanjutkan pendidikan untuk jenjang yang lebih tinggi hingga sarjana tapi terhalang oleh ekonomi yang serba kurang dan paspasan.

Sering saya menemui seorang yang berkata bahwa pendidikan itu tidak menjamin akan hidup senang, dan kaya atau memiliki pekerjaan yang sesuai dengan apa yang kamu pelajari dibangku kuliah. Ada pula yang berkata  bahwa,  yang tidak menginjak bangku kuliah juga bisa sukses dan kaya. itu benar dan tidak salah juga. Setiap orang itu berhak memiliki pemikiran dan opininya masing-masing, dan yang perlu kita terapkan adalah hal baiknya. 

Dalam dunia pendidikan itu bukan hanya soal ijazahnya saja yang kita kejar, bukan soal nilai ipk yang bagus,  sukses atau tidaknya seseorang itu tergantung dari jerih payah yang diusahakan oleh setiap orang (memang bukan faktor pendidikan). Namun dengam pendidikan, kamu jadi memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus, tapi itu juga tergantung dari niat dan usaha.  Pendidikan adalah proses dimana kita bisa belajar untuk memiliki sikap yang baik kepada orang lain, menambah pengetahuan yang tidak kita tahu, membentuk menset yang baik, dan melatih kita menjadi orang yang bertanggung jawab juga pastinya. Namun banyak juga orang yang berpendidikan tidak bisa menerapkan hal yang baik, misal seperti kesopanan dalam tutur kata maupun tingkah laku. Meskipun tidak semua seperti itu, tapi ada beberapa yang seperti itu. 

Realitanya sekarang tidak semua mahasiswa pintar dalam mengambil sikap ataupun keputusan, justru banyak sekali mahasiswa yang hanya memanfaatkan identitasnya sebagai ajang kepopuleritasan saja. Seperti ketika sedang kumpul dengan temannya yang tidak kuliah, mereka merasa dirinya lebih unggul, lebih keren, bahkan setiap keputusannya harus dipatuhi, karena dia merasa paling benar. Padahal dikampus saja masih keleleran tugasnya, tidak dikerjakan, masih meremehkan mata kuliah tertentu. Jadi, masa sekarang ini tidak sedikit orang juga yang mengsalah artikan pendidikan, mereka masih banyak yang ketika berbicara saja seperti orang yang sok kemintar, berbicara kepada orang yang lebih tua saja juga tidak ada tata kramanya. Disini penilaian orang terhadap pendidikan “kuliah kok etitudenya minim”. Nah, kalimat seperti ini yang saya kadang kurang setuju apabila diucap masyarakat, ya karna sejatinya mengenai kesopan dan tata krama ini dalam pendidikan sudah diajarkan, malah dari ketika sekolah dasar sudah diajarkan, namun kalau kemudian itu tidak diterapkan, faktor lingkugan atau temannya juga bisa mempengaruhi yang kemudian itu tidak diasah oleh dirinya sendiri. Hingga terbentuklah menjadi pribadi yang kurang sopan. Sikap yang seenaknya terhadap orang lainlah yang sering membuat orang menjadi berpikir mengenai minimnya kesopanan orang yang berpendidikan. 

Semua itu karena, masih banyak orang yang melekat pada jiwa kesopanan yang diarahkan pada orang-orang terdahulu atau nenek moyang. Sehingga tingkat dalam hal pemikiran juga sudah berbeda, ini yang perlu ditoleransi mulai dari sekarang, dan pastinya memahami satu sama lain, apalagi seorang yang pendidikannya lebih tinggi harus bisa lebih memahami. 

 

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

13 + 19 =

%d blogger menyukai ini: