Seperti biasa masyarakat desa konoha mengadakan pengajian akbar untuk memperingati maulid nabi yang diadakan di depan masjid jami’ konoha yang halamannya seluas 30×40 meter. Malam telah tiba, antusias masyarakat konoha dalam pengajian akbar tersebut begitu besar dari berbagai kalangan usia. Dari muda hingga senja, dari anak-anak yang hanya meramaikan dengan bermain petak umpet disekitaran panggung hingga kakek-kakek yang selalu tak lupa ketinggalan membawa klobotnya. Masyarakat berbondong-bondong mengisi kursi yang telah disediakan oleh panitia pengajian akbar masjid jami’ desa konoha. Pengajian akbar kali ini lebih meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena pengajian akbar tahun ini yang mengisi tausyiah adalah kyai kondang yang terkenal begitu alim dari plosok desa hingga penjuru kota yaitu Kyai Haji Abong M.Pd. kursi-kursi telah terisi penuh hingga ada sebagian masyarakat yang duduk di serambi masjid dan ada pula beberapa yang duduk diemperan rumah orang. Desa konohan ini didominasi oleh para petani dan pedagan di pasar. Jarang sekali masyarakat konoha ini memiliki gelar pendidikan hingga sarjana paling mentok tingkat pendidikannya hanya sampai SMA. Namun, di desa konoha ini masyarakatnya sangat mencintai para ulama sehingga ketika memiliki anak itu kebanyakan diarahkan untuk ke pesantren. Setelah lulus SMA dan mesantren mereka ada yang kerja, nikah, merantau, tongkrang-tongkrong dipos ronda dan yang sudah lulus nyantren ngajar ngaji dimushola-mushola kecil di desa konoha.

Pak tajiri datang dengan menggunakan kaos oblong dan sarung agak kendor ikut nimbrung disekitaran emperan rumah orang yang di dominasi oleh kaula muda. Walaupun pak tajiri ini masuk dalam kategori paruh baya namun para kaula muda justru malah senang dengan pak tajiri ditengah-tengah mereka karena terkenal kaya dan sangat royal sekali bisa dilihat dari yang ia bawa yaitu empat bungkus rokok surya 16 dan membawa satu teko kopi yang ia beli diwarung dekat masjid konoha yang langsung ditaro ditengah-tengah kaula muda untuk menanggulangi rasa kantuk ketika mendengarkan tausyiah. Dulkipli salah satu dari kaula muda itu begitu sumringah cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal seperti orang steres di pinggir jalan. Mungkin, karena dulkipli ini senangnya berlipat-lipat karena ada dua tokoh yang ia kagumi yaitu Kyai abong yang akan mengisi tausyiah dan pak tajiri yang kaya,sederhana,humble itu ikut duduk disamping dulkipli.

“pak aku sebat yaa rokoknya”, dulkipli meminta rokok ke pak tajiri sembari menunggu acara pengajian akbar dimulai.

“hajar-hajar, kan ini untuk kalian semua biar khusyuk dengerin tausyiahnya”, jawab pak tajiri sambil menghisap rokoknya.

“yoiiiii pak tajiri”, jawaban serempak dari para kaula muda yang akhirnya satu per satu dari mereka mengambil rokok dan menuangkan kopi.

“Bapak ibu para hadiri yang kami muliakan, selanjutnya kita akan membuka acara dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim”. Terdengar suara MC membuka acara pengajian akbar yang diawali dengan beberapa rangkain acara yaitu pembukaan, sambutan-sambutan dan acara pamungkas adalah tausyiah yang memang ditunggu-tunggu oleh masyarakat desa konoha terutama dulkipli yang dimana dia sangat mengagumi Kyai abong. Setelah serangkaian acara telah selesai ada yang mengganggu pemikiran dulkipli yaitu sambutan dari kepala desa yang mengatakan bahwa desa konoha sangat sejahtera dan lancar ketika berkegiatan di sawah dan pasar karena insfrastrukturnya bagus.

“ TAEK TAEK”. Gumam dulkipli ketika mendengar sambutan itu dari kepala desa karena menurut dulkipli di desa konoha masih banyak jalan yang bolong-bolong bahkan bisa dikatan seperti empang. Padahal, janji kepala desa ketika nyalon itu mau berjanji untuk memperbaiki jalan.

“HALAHHH  TAEEK TAEK”. dulkipli sangat dongkol sekali dengan bualan kepala desa konoha itu. Memang tak salah bahwa omongan para pejabat itu seperti permen karet yang manis di awal doang setelah itu hambar. Cuihhh. Kali ini dulkipli bad mood karena sambutan lama dari kepala desa yang isinya hanya bualan sehingga hanya mengulur waktu saja.  Dulkipli benar-benar tak sabar dengan acara pamungkasnya.

“ assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh”,  akhirnya suara itu terdengar, suara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat desa konoha terlebih dulkipli yang sudah dongkol dari tadi. Suara itu akhirnya terdengar juga suara yang tak asing lagi di telinga dulkipli dan menurut dulkipli suara itu sangat berkarisma. Kyai abong tidak bisa diragukan lagi ketika sudah membuka tausyiahnya semua masyarakat desa konoha sangat khusyuk mendengarkannya begitu pun dulkipli yang memang sedari tadi menunggu tausyiah dari Kyai abong. Namun, pandangan dulkipli sedikit terganggu ketika melihat pak tajiri yang ada disampingnya mendengarkan tausyiah dari Kyai abong hanya cengar-cengir saja seperti meremehkan tausyiah dari Kyai abong. Dulkipli tak memperdulikan hal itu, sah-sah saja karena pak tajiri memberikan amunisi kepada kita kaula muda yaitu rokok dan kopi. Kali ini Kyai abong bertausyiah tentang islam nusantara dan tidak ketinggalan pula khas beliau yang membawakan tausyiah dengan diselipkan humor-humor berbobot sehingga masyarakat desa konoha dan dulkipli merasa betah dengan tausyiah beliau.

“ materi itu dari saya”, dengan entengnya pak tajiri mengatakan itu didepan kaula muda. Sontak dulkipli kaget dengan perkataan dari pak tajiri yang membuat kaula muda semua tertawa tak percaya apa yang dikatakan oleh pak tajiri. Namun, pak tajiri tak menghiraukan hal itu dia santai saja dengan rokok yang dikempit dijari-jarinya lalu dia menghisap rokoknya. Berbeda dengan dulkipli dia sedikit percaya dengan apa yang dikatakan oleh pak tajiri. Dulkipli dikenal sebagai anak muda yang pemikir. Dia selalu memikirkan hal-hal sepele yang kaula muda lain tak memikirkan hal itu. Seperti kejadian pada malah hari ini dia memikirkan dengan  jeli sembari mendengarkan tausyiah dari Kyai abong tentang apakah cletukan spontan dari pak tajiri itu benar adanya ataukah hanya sekedar cletukan ngawur supaya dikira hebat oleh para kaula muda. Tak terasa tausyiah telah usai dan masyarakat desa konoha berbondong-bondong untuk berebut salaman dengan Kyai abong. Dulkipli berdesak-desakan ditangah masyarakat yang ramai untuk berebut salaman dengan Kyai abong.

“ woyy bong abong”, suara itu berasal dari pak tajiri yang memanggil Kyai abong hanya dengan namanya saja. Sontak masyarakat desa konoha juga dulkipli kaget dengan apa yang dilakukan oleh pak tajiri. Kyai abong pun menyadari bahwa suara itu berasal dari pak tajiri. Kyai abong langsung menghampiri pak tajiri dan langsung mencium tangan pak tajiri. Masyarakat desa konoha dan dulkipli semaklin bingung dengan fenomena tersebut. Akhirnya banyak asumsi serampangan dari masyarakat desa konoha. Ada yang berasumsi bahwa Kyai abong itu mata duitan karena dia tau bahwa pak tajiri adalah orang kaya di desa konoha sehingga beliau hormat dengan pak tajiri. Ada pula yang berasumsi bahwa pak tajiri tidak pumya moral karena tidak sopan dengan Kyai abong karena memanggil hanya dengan namanya saja. Orang berasumsi bahwa pak tajiri ini mentang-mentang kaya dia seenak jidatnya saja melakukan hal yang demikian. Semua pulang dari acara itu dengan membawa asumsi serampangan dari fenomena yang terjadi. Betapa pun dulkipli setelah kejadian itu dia berpikir keras diatas kasurnya sambil memandangkan matanya diatas yang penuh dengan pemandangan sawangnya karena belum dibersihkan. Dulkipli sedikit kecewa dengan kedua tokohnya karena akhirnya melahirkan banyak asumsi serampangan dari masyarakat desa konoha. Dulkipli memcahkan asumsi serampangan dari masyarakat dengan mendatangi kedua tokoh tersebut. Dulkipli ini juga terkenal dengan aktifnya dia dikegiatan remaja masjid dan kegiatan-kegiatan di desa konoha sehingga banyak yang mengenal dukipli.

Malam telah usai dan pagi pun mulai menyinari. Seperti biasa dulkipli membantu orang tuanya berjualan di pasar. Dulkipli mendengarkan ibu-ibu rempong yang sedang membahas kejadian tadi malem dengan asumsi serampangan. Sehingga mengganggu pemikiran dari dulkipli.

“ kok gampang banget ya menilai orang”. Gumam dulkipli dalam hati.

Setelah membantu orang tua berjualan di pasar dulkipli berinsiatif untuk bertemu pak tajiri yang memang kebetulan rumahnya berdekatan. Setelah ashar dulkipli kerumah pak tajiri dengan tujuan untuk mempertanyakan hubungan antara pak tajiri dengan Kyai abong. Dulkipli sangat menyayangkan asumsi serampangan dari masyarakat desa konoha.

“assalamuaikum..”. dulkipli sambil mengetuk pintu rumah pak tajiri

“waalaikum salam”, suara pak tajiri sambil membukakan pintu dan merapikan sarungnya yang kedodoran itu.

“ silahkan masuk dul”, pak tajiri mempersilahkan dulkipli untuk masuk kerumahnya.

Belum juga duduk dulkipli dikagetkan dengan poto yang tak asing berada di ruang tamu pak tajiri.

“ loh kok?”, gumam hati dari dulkipli karena langsung menemukan jawaban dari poto yang dipajang di ruang tamu itu. Tak sempat duduk dulkipli langsung mengambil gambar dari foto itu bertujuan untuk di post di social media untuk mengklarifikasi apa yang sebanarnya terjadi. Dulkipli langsung pulang dan tak sempat berpamitan dengan pak tajiri seperti maling. Pantas saja pak tajiri menyapa dengan seenak jidatnya kepada Kyai abong karena ternyata mereka berdua adalah sahabat yang sama-sama pernah kulaih bareng. Dan cletukan dari pak tajiri pada malam itu sangat mungkin benar dengan bukti poto yang ada diruang tamu itu pak tajiri lulus dengan predikat cumlaude. Dan wajar saja ada asumsi serampangan dari masyarakat desa konoha karena pak tajiri ini bukan orang asli desa konoha dan dia tak pernah memperlihatkan bahwa dia adalah sarjana. Dulkpli pun lega karena semua asumsi serampangan itu tidak ada yang benar. Sebenarnya pak tajiri danKyai abong tau ada asumsi serampangan itu. Namun, mereka hanya menggapinya dengan tawa. Hahaha.

 

TAMAT.

 

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 × one =

%d blogger menyukai ini: