PBP (Puthune Baden Powell)
Karya : Ahmad Irfan Maulana
Puthune Baden Powell begitulah orang menyebut kami sewaktu masa kecil ketika masih duduk dibangku sd yang masih berkolong hijau. Mungkin bagi orang-orang yang tidak begitu bangga dengan pramuka pasti mentalnya akan menciut, berbeda dengan anak yang memang benar-benar cinta dan bangga kepada pramuka, ketika disebut dengan sebutan tadi pasti langsung membusungkan dada, berlagak bagai kesatria, iya nggak sih? Kali aja iya. Seperti film yang telah dimainkan oleh iqbal CJR dkk. yang berjudul Lima Elang yang mengisahkan petualangan sekelompok anak yang yang mengikuti kegiatan kepramukaan di Kalimantan. Seperti yang kita ketahui bahwasanya tokoh yang bernama rusdi ini sangat cinta dan bangga dengan pramuka. Dapat kita lihat ketika ia perkenalan selalu menyebutkan tingkatannya dalam pramuka, misal nih “kenalin, rusdi badrusdi, penggalang” bisa kita rasakan betapa besar pancaran energi positif yang dibawakan rusdi. Nah, kembali lagi ke topik, memang tak bisa dipungkiri sosok Baden Powell sang pandu dunia yang dijuluki impeesa adalah sosok bagai kesatria. Pasalnya, beliau tak hanya dibesarkan melalui keluarga dan pendidikan formal saja, melainkan juga hasil jerih payahnya berkelana dan mengenal alam sekitar. Dalam bukunya scouting for boys juga telah menjelaskan harus bagaimanakah seorang pandu itu bertindak. Perlu kita pahami bahwa sebelum adanya kondisi bumi yang serba ada seperti saat ini, dulu bumi hanyalah berupa hamparan yang tak lebih dari hutan-hutan rimba. Orang purba pun melakukan kegiatan sehari-hari dengan meramu dan mengamati alam bebas, maka tak heran apabila insting orang purba sangat kuat apalagi dalam mengamati kondisi lingkungan. Lantas mengapa seorang pandu harus mengerti lingkungan? Pasti orang yang belum paham mengatakan hal ini adalah hal yang kuno karena mengapa harus mengetahui alam bebas sedangkan sekarang teknologi canggih dan memudahkan setiap kegiatan. Bila kita kilas balik dengan berdirinya organisasi kepanduan di Indonesia, pasti tak lepas dengan rasa nasionalisme yang menjadi awal perjuangan dalam mencapai kemerdekaan. Dalam konteks inilah yang menunjukkan prinsip utama seorang pandu ialah rasa cinta terhadap tanah air. Maka dapat kita pahami, bagaimana seorang patriot mampu mencintai dan menjaga tanah airnya sedangkan ia tidak mengenali segala sesuatu yang ada di dalamnya. Nah, itulah yang melatarbelakangi kegiatan kepanduan seringkali berada di luar ruangan.
Di Indonesia Pramuka dibagi menjadi 4 tingkatan yakni siaga, penggalang, penegak, dan pandega. Semakin tinggi tingkatannya maka semakin berkurang juga kegiatan bersenang-senangnya. Ibaratkan proses kehidupan, semakin bertambahnya usia kita, semakin besar pula tanggungjawabnya. Nah, maka dari itu, tak heran jika seorang pandega cenderung pada kegiatan ruangan seperti materi dan perencanaan sebuah kegiatan, hal ini merupakan proses pendewasaan dalam rotasi kehidupan. Bila dalam organisasinya sendiri, dalam gerakan pramuka terdapat pembagian antara golongan muda dan tua yakni golongan muda masuk dalam dewan kerja sedangkan golongan tua masuk dalam kepengurusan kwartir. Dalam kisah Baden Powell mendirikan pandu siaga pun kegiatannya juga diawali dengan mengenal lingkungan yang dibungkuskan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Sebagaimana yang telah diilustrasikan pada buku yang berjudul “the jungle book” yang mengisahkan petualangan seorang anak serigala dengan bagheera si macan kumbang dan bugaloo si beruang. Dari sinopsis inilah dapat kita ketahui bahwa seorang pandu harus bisa berteman dengan siapa saja tak tekecuali dengan binatang sekalipun. Karena sejatinya jika kita mampu bekerjasama dengan siapa saja, maka dapat mengurangi dampak yang mengakibatkan kerusakan alam. Dan inilah visi dari pandu yakni terjaganya lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kamu yang mengaku sebagai seorang pramuka, jangan sekali-kali nyampah ya!!!
0 Komentar