Oleh : M. Samsul Mughis
Pagi hari yang cerah, setelah mandi walaupun mengantri terlebih dahulu, dengan baju yang menurutku sangat keren seperti para artis bintang filem walaupun itu baju yang paling keren yang ada di lemariku, rambut yang sudah ku tata dengan minyak layaknya para pejabat besar, dan kumasukan dompet kesayanganku kedalam tas bergaya ala pengusaha terkenal, hati ku di penuhi rasa kegembiraan, mulailah ku ambil sepedah hitamku dan kuayuh sepedahku dari pondok untuk berangkat ke kampus.
Setelah pelajaran pertama selesai aku dengan temanku duduk di teras kampus dengan berbincang-bincang dan memandangi para mahasiswi yang lewat. Tiba-tiba aku melihat ada nenek tua yang menggendong sebuah tas yang terasa berat di bawanya, sang nenek menawarkan sebuah madu dengan wadah botol ke para mahasiswa dan mahasiswi, tetapi tidak satupun yang di yawarinya merespon sang nenek.
Dengan hati kecilku terasa bergejolak seperti tersayat duri mawar, tiba-tiba sang nenek itupun dengan berjalanya yang sangat pelanya menghampiri kami berdua yang sedang duduk. Dengan suara yang lirih layaknya terbebani kerasnya jalan kehidupan, nenek itupun duduk dengan berkata “bisyuh ngger lorone sikele mbah, mlaku nang ratan, panas, adoh, gak gae sandal misan” yang artinya kaki si nenek sedang sakit karena berjalan di jalan yang beraspal, panas, jauh dan tidak memakai sandal lagi, sesaat itulah hati saya semakin bermbrontak sampai ingin meleleh.
Dengan sapaan ramah dariku, si nenek pun menawarkan madunya kepada kami, teman yang di sandingku pun hanya berdiam diri sibuk bermain dengan HPnya, saya pun merespon dan menanggapi setiap kali nenek itu bertanya, dan ternyaya nenek itu menawarkn sebuah madu dengan harga yang sangat mehal menururku. Terus saya berkata dengan sopan bahwa aku tidak memiliki uang sebanyak itu.
Ini uang untuk hidup beberapa hari saya, ujar saya kepada nenek. Dan nenek pun juga berkata bahwa nenek sendiri belum sarapan dan sekarang sedang menahan lapar sejak dari pagi, dengan nada yang sangat rendah nenek itu berkata.
Sekejap aku merogoh dompet dan meraba perlahan-lahan ternyata dompetku hanya tersisa beberapa lembar, dengan rasa sangat bersalah aku terus meminta agar sinenek agar menurunkan harganya dan berhasil aku pun membelinya dan setelah aku membelinya nenek itu pun mendoakan saya dan pergi dengan wajah yang senang.
Setelah itu aku masukan madu itu ke tas ku, dan aku mulai berbincang-bincang lagi dengan temanku, aku pun bertanya kepada temanku, kenapa kamu tidak merespon sama sekali, ujarku kepada temanku. Dan teman ku pun menjawabnya, dengan bercerita banyak lebar temanku juha pernah mengalami seperti itu dan itu hanyalah penipuan, itu bukan madu asli dan agar cepat laku daganganya nenek itu berani berkata seperti itu.
Setelah mendengar kata ini hanya tipuan, hati ku pun mulai merasa gelisah dan ragu. Uang sebanyak itu untuk aku hidup beberapa hari di pondok dengan secara cuma-cuma aku belikan madu, apa kata orang tua ku nanti saat aku pulang ke rumah. Sesat itulah di dalam hatiku terus menerus berdo’a berharap (Roja’) kepada Allah bahwa aku yakin dengan rencamu akan menimbulkan kebaikan yang sangat besar kepada hambanya yang ingin menolong sesama hambanya yang lebih kesusahan.
Di dalam lubuk hati yang di penuhi kegelisahan aku pun berusaha tetap khusnudhon berfikir positif dan aku meyakininya, pasti ini adalah rencana Allah dan rencana Allah lebih baik dari pada beribu-ribu rencana.
Sesaat waktu aku pulang ke kampung halaman untuk menemui orang tua melepas rasa rindu dan mau memberi hadiah sebotol besar madu, seakan-akan respon orang tua ku senang bercampur penuh dengan pertanyaan, hati dan pikiranku merasa bimbang penuh kesalahan.
Ternya sudah kami berbincang-bincang dan ternyata ibu ku merasa senang karena hari-hari ini juga membutuhkan asupan fitamin untuk memberi fitamin si adiku yang dalam kandungan ibuku. Dan orangtua ku semakin merasa senang dengan kedatangan saya dengan membawa sebotol madu. Karena saat itulah keluargaku sangat membutuhkan. Dan saat itulah hatiku merasa senang tak terbayangkan bisa membahagiakan kedua orantua ku.
Dan saat itulah hati yang di penuhi rasa penuh bersalah, ingin menyalahkan sang nenek si penjual madu dan menyalahkan diriku sendiri kenapa mau membelinya, sekarang sudah menghilang lenyap bagaikan debu di atas kaca yang tertiup hembusan nafas, dan tak terasa aku paginya saat ingin kembali kepondok dengan sengaja aku membuka dompetku berniat membeli BBM, eh tak di sangka-sangka dompetku hanya tersisa delapan ribu rupiah dan setelah aku ambil, sekarang tidak satupun uang di dalam dompetku alias kosong.
Kita bisa mengambil hikmah dari pengalamanku tadi bahwa sanya khusnudhon, roja’ haruslah selalu kita terapkan dalam kehidupan kita agar kehidupan kita semakin di bahagiakan oleh Allah, dan tidak ketinggalan kita harus bertaubat karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sangat tidak sempurnya yang dipenuhi dengan kesalahan dan keluputan.
Manfaatnya dari semua tadi adalah
1. Tertanamnya kesadaran yang sangat mendalam bahwa manusia itu tidak sempurna penuh dengan kekurangan dan Allah lah yang maha menyempurnakanya.
2. Di cintai oleh Allah, dengan kita semakin dekat dengan allah maka allah pun akan semakin dekat dengan kita.
3. Dan kita bisa sadar bahwa yang kita miliki adalah hanya titipan dan besok juga akan di tagih kembali.
0 Komentar