Oleh : M. Samsul Mughis

Orang islam yang selalu berbuat baik, tidak sombong, pantang menyerah dan tak lupa dengan kewajibanya, seperti sholat, zakat, puasa, sedekah, dan bahkan setiap harinya tidak pernah sekali-sekali meninggalkan kewajibanya dengan sang maha kuasa yaitu sholat.

Setiap harinya selalu ingat dengan sang tuhan maha agung, mereka mencari nafkah dengan banyak cara mereka lakukan, dari berdagang mainan yang menggunakan kendaraan hanyalah sebuah sepeda yang tua dan renta, dengan bercucuran air keringatnya karena kepanasan dan mengayuh sepedahnya dengan sisa-sisa tenaganya yang berangkat pagi dari rumahnya perdesaan menuju kekota yang sangat jauh dan tersayat kulit karena panasnya matahari dan polusi akibat mesin-mesin kuda para orang-orang kaya.

Dan saat perdaganganya hanya sebagian kecil yang terjual dan bahkan tidak laku, pedagang tersebut pulang dengan mengayuh sepedahnya lagi dari kota kedesa, dengan wajah kusam penuh keringat pedagang tersebut tetap tersenyum karena di sambut manis oleh istrinya dan beserta anak-anaknya yang menunggu kedatangan pulang sang ayah tercinta dan masih banyak lagi dari seorang pedagang, tukang jahit sepatu, Sampai penjual koran dan lain-lain

Dan tak lupa dengan sang buruh tani tua yang selalu bekerja kepanasan di tengah-tengah teriknya matahari, mereka buruh tani saat musim panen padi pun tiba, mereke setiap malam selalu menyiapkan dengan susah payah mengais perlengkapanya (aret) agar tajam saat di gunakan nanti paginya, dengan peralatan sederhana dan perbekalan yang tag cukup banyak, buruh tani tersebut berangkat kesawah untuk memanen padi, setelah melawan rasa panas, haus dan lapar padi pun sudah siap untuk do angkut ke truk pengangkut, mereka para buruh tani memindahkan (bongko’an) padi dari tengah sawah yang jauh menuju truk pengangkut, mereka para buruh tani mengangkat hasil panenya hanya menggunakan kepalanya, mereka mengangkat beban padi yang begitu banyak dan  besar, mereka bebankan ke atas kepalanya, dan berjalan dengan jalan yang tidak begitu rapi dari tanah yang lembek, basar, licin, dan ada yang keras sampai-sampai sakit bila di injak, mereka para buruh tani yang hebat dan kuat mengangkat satu persatu (bongko’an) padi tersebut, dan bayangkan bila sang petani yang masih sudah berusia lanjut atau tua, yang pekerjaanya hanya itu, karena menghidupi keluarganya. Dari pekerjaanya yang sangat keras tersebut para petani pun menambatkan upah yang begitu tidak setimpal dengan kerja kerasnya itu.

Dan mereka itu adalah orang islam yang sangat patuh terhadap agama, kewajiban, syari’at dan rukun tag pernah mereka lupakan. Tp kenapa hidup mereka tak ada yang meningkat, tetap selalu seperti itu, sengsara, sengsara dan sengsara.

Dan bahkan keluarga mereka setiap malam saat sholat tahajut selalu menangis dengan bercucuran air mata penuh kegelisahan. Tetapi mengapa hidup mereka tetap seperti itu tidak ada peningkatan dalam hal duniawi.

Dan dibandingkan dengan orang yang tidak patuh dengan agama, jarang sekali mereka ingat kepada tuhanya, yang selalu mengerjakan laranganya dan mejauhi apa yang engkau perintah, tapi kenapa mereka kau jadikan sukses bahkan mereka mempunyai kelebihan berfikir dalam segala hal, engkau selalu luruskan jalan mereka seakan-akan dunia bisa dia miliki.

Apakah ini yang dinamakan keni’matan orang yang berada dijalan mu wahai tuhanku dan apakah engkau jadikan siksaan kepada orang-orang yang selalu berada di jalanmu wahai tuhanku.

Mereka yang setiap malam mengemis kepamu dan di bandingkan dengan mereka yang setiap malam bersenang-senang dengan menuruti hawanafsunya.

Apakah kehidupan dunia ini merupakan penjara bagi orang yang berada di jalanmu dan surga bagi orang yang tidak berada di jalanmu wahai tuhan ku (ALLAH SWT).

Tengok di lingkungan sekitar kita. Entah itu teman dan saudara yang jarang sholat apalagi zikir dan tanpa amalan-amalan tertentu, namun mereka bisa kaya dan makmur hidupnya.

Sebaliknya, mereka yang sering sholat dan zikir, hidupnya justru biasa-biasa saja.

“Yang rajin sholat malah susah dan miskin

Yang tidak pernah solat malah kaya raya

Yang muslim banyak yang bodoh

Yang kafir malah banyak yang pintar-pintar”

Celotehan seperti itu kerap kita dengar. Meski tak semua seperti itu, namun fakta demikian sering kita jumpai.

Mereka yang beriman lemah pasti mempertanyakan kenyatan itu. Mengeluh karena tak bisa hidup seperti mereka meski sudah beribadah dengan kencang.

Namun, seharusnya seorang muslim yang baik menyandarkan segala sesuatu kepada Allah yang Maha Besar, pencipta langit dan bumi. Dan tidak mengeluh seperti itu.

Kategori: Pojok BM

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 + 20 =

%d blogger menyukai ini: