Terkadang di saat pada titik terendahku aku akan menjadi orang yg paling rendah dari yang terendah tidak ada hal yang benar kulakukan semua pasti salah dan salah, tetapi disaat pada titik tertinggiku aku akan menjadi orang yang paling tinggi dan tidak tertandingi tidak ada orang yang bisa menggapaiku, aku satu-satunya orang yang berada di puncak dari semua orang yang mengejar ku.

Memang hidup ini terasa berat apa lagi tidak adanya sesosok orang tua ataupun orang yang berharga di dalam hati, karena hati yang belum pernah merasakan dicintai dengan hati. Ya terkadang aku merasa iri melihat orang-orang yang berjalan berjasama keluarga mereka terlihat sangat bahagia dan hangat, memang di pandangan orang lain banyak orang-orang yang peduli terhadapku tapi kurasa itu hanya peduli karena hanya sekedar kasian bukan peduli dengan hati.

aku masih penasaran dengan rasa hangat yang muncul di diri orang lain. Memang sendiri itu sunyi dan dingin sampai kau tidak akan terasa lagi bagaimana rasanya menyukai atau disayangi orang lain.

terkadang untuk menutupi kematian rasa ini aku harus memainkan banyak karakter yang di minta orang lain. Ya terkadang menjadi anak pendiam, menjadi teman yang menyenangkan, dan terkadang menjadi sesosok kakak yang bermain dengan adiknya itu semua hanya sedikit karekter yang kumain untuk memenuhi harapan orang lain.

Entah sudah berapa banyak karakter palsu yang aku mainkan untuk memenuhi harapan mereka. Bahkan aku sendiri sampai tidak bisa menangis karena saking banyaknya kebohongan karakter yang aku perankan. Dan yang aku rasakan hanya kesendirian dan kematian rasa. Di keramaianpun aku masih merasa sendiri karena hati yang tidak pernah di kasih hati.

Memang sulit hidup tidak bersama orang tua kandung. Selalu di posisikan di tempat yang membingungkan aku tidak tau harus menuruti yang mana. Kalau aku turuti si A si B akan menyalahkan ku dan memarihiku begitupula sebaliknya. Tidak ada tempat untukku mengadu, dimasa-masa dan disaat  membutuh orang tua, untuk tempat berbagi cerita, namun nyatanya tidak ada. Mereka telah pergi.

Tuhan lebih menyayangi orang tuaku mereka lebih dulu pulang. apalah daya hanya bisa memendam rasa yang tak tau kepada siapa harus aku ungkapkan, hanya bisa ku pendam. Memang Berat saat ingin berkata tidak. karena aku bukan siapa-siapa akhirnya yang kuterima hanya sebuah paksaan. Aku di harusakan melakukan apa yang mereka mau. Tidak ada rumah yang membuatku nyaman karena sejatinya rumahku telah pergi.

Dan sekarang aku sadar buat apa terus terpurung, mereka telah mempercayakan kehidupan, dan masadepan padaku. Perlahan aku mulai bangkit, sendiri belum tentu lemah, Bahu yang kuat terlahir dari barbagai rasa sakit.

 

-Kuroko-

Kategori: Sastra

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one × one =

%d blogger menyukai ini: