Cerpen Karya: Wahyu Kartika

Theresia membenturkan kepalanya ke meja, tangannya mencengkeram pena hingga patah. Hatinya mendidih, entah berapa banyak nama para pejuang gugur yang harus ditulisnya. Perasaan bersalah karena tidak dapat bergabung untuk berjuang di garda terdepan berhasil menyiksanya. Bukan hal yang mudah ketika dia harus menuliskan nama hingga kronologi kematina, dan fakta bahwa dia adalah penyebab utama bencana ini.

“Apakah anda tidak ingin kembali ke Kerajaan, guru?” Laurel bertanya lirih, takut menganggu sang guru. Melihat keadaan benua semakin tidak terkendali, dalam hati Laurel tak memungkiri jika ia berharap gurunya ikut andil dalam perang. Theresia Le Alune Seraphine, selain menjadi seorang penyihir tingkat Sembilan dan guru di akademi Noir, ia adalah putri kedua dari Kerajaan Seraphine. Kerajaan Seraphine beridi bersama dua Kerajaan lainnya, yaitu Kerajaan Cassiopeia dan Kerajaan Apricia sebagai tiga kekuatan utama benua Triluna, benua yang memegang kekuatan Cahaya.

Lima tahun berlalu, namun perang antara Benua Triluna dan Benua Nibiru belum berakhir. Iblis-iblis dari benua Nibiru semakin kuat dan ganas. Theresia tidak sanggup jika harus menyaksikan untuk keuda kalinya, bagaimana rakyatnya yang gugur ditangannya. Ini kisah masa lalu, namun menjadi penyebab utama bagaimana perang ini dimulai. Dan, Theresia menjadi kuncinya.

“Itu akan sia-sia. Suaraku sudah tidak ada di sana, dan kemungkin seluruh keluarga dan rakyat sudah membenciku. Ah, bukan kemungkinan, tapi sudah pasti mereka membenciku.” Theresia berucap lemah.”Maaf, kau harus melihat sisi lemah dari guru yang kau banggakan, Laurel.”

“Kalau begitu, anda harus bisa bangkit kembali, guru. Guru yang saya tau adalah guru yang selalu berjuang untuk kebaikan. Saya tidak mengetahui apa yang membuat anda begitu takut untuk kembali ke Kerajaan, tapi apakah anda tau guru? Terkadang kita harus salah dulu sebelum mengetahui mana yang benar. Manusia adalah tempatnya salah, dan bukan ranah kita untuk menyalahkan bagaimana takdir bertindak kepada kita.”

“Apakah anda ingin menyerah dengan keadaan guru?” Laurel melanjutkan kalimatnya.

Menyerah? Lima tahun sudah Theresia jalani dengan rasa bersalah, bukankah di tahun ke enam ini dia harus bangkit?

Theresia menatap dalam netra Laurel, “Namun, bisakah aku? Orang-orang ini…bagaimana jika keadaan semakin parah?”

“Jika tidak mencobanya, bagaimana mengetahui hasilnya? Namun, bagaimana jika keadaanya berhasil membaik, guru?” Laurel tersenyum di akhir kalimat.

Theresia mengambil Keputusan. Setelah mengurus perizinan di kepada dekan untuknya dan untuk Laurel. Mereka berdua berangkat menggunakan teleportasi menuju Kerajaan Seraphine. Dikarenakan akademi Noir berada di Kerajaan Cassiopeia, membutuhkan setidaknya 2 jam untuk sampai ke Kerajaan Seraphine. Lima tahun yang lalu, raja ke-45 Kerajaan Seraphine gugur dalam perang skala ke 1, di mana raja iblis ikut turun tangan. Untuk saat ini, Kerajaan Seraphine dipimpin oleh Ratu Eleador Le Aluna Seraphine, kakak Theresia.

“Akhirnya kau kembali, Tess. Selamat datang, dan terima kasih telah kembali,” Putri Eleanor menyambut kedatangannya.

Raut wajah tegang tak dapat disembunyikan oleh Theresia dan Laurel. Sambutan putri Eleanor memang tulus, namun ini seakan sambutan perpisahan kematian. Kondisi Putri Eleanor tidak dapat dikatakan baik-baik saja dengan rambutnya yang sudah beruban dan wajahnya yang keriput, serta duduk di kursi dorong yang digunakan oleh orang lumpuh.

“Kakak, a-apa yang terjadi? Bagaimana? Astaga…”

“Aku memberikan sebagian umurku untuk mengaktifkan secara paksa artefak Oldeus, aku ingin menciptakan Cahaya besar untuk melawan para iblis itu. Namun, sayangnya, bahkan dengan umurku pun artefak tersebut tidak menerimanya.” Eleanor memegang kedua tangan Theresia, “Tess, bisakah aku memohon agar engkau memimpin perang ini? Aku tau engkau kuat, tidak ada penyihir kelas Sembilan selain dirimu di benua ini. Aku mohon…” Eleanor sudah tidak sanggup mendengar berbagai jeritan di luar istana yang menyerukan kemerdekaan mereka.

“Maafkan aku, seharusnya dulu aku tidak lari dari tanggung jawabku. Seharusnya, setelah membuat mantra pemanggilan iblis, aku ikut berperang di garda terdepan bersama ayah. Maafkan aku, aku telah lalai dan menimbulkan kekacauan seperti ini.”

Eleanor mengusap punggung tangan Theresia, adik kecilnya dulu sangat egois. Ia mengakuinya, dan sekarang dia bangga, adiknya berhasil mengakui kesalahanan dan menurunkan ego. “Sekarang kau sudah cukup dewasa untuk memimpin kerajaan. Aku harap di tahun ini, engkau menemukan kembali dirimu yang hilang. Dan, ciptakan Kerajaan yang selama ini engkau impikan.”

Theresia telah bertekad, ia tidak boleh lagi bersembunyi dibalik rasa bersalah. Ia harus bertanggung jawab dan mengembalikan masa-masa indah benua Triluna. Oleh karena itu, semenjak kedatangannya ke Kerajaan, ia tidak mengizinkan tubuhnya beristirahat, itu bukan masalah besar bagi penyihir kelas Sembilan sepertinya. Berhari-hari ia mencari sekutu, membahas rapat, dan berusaha meyakinkan Kerajaan Cassiopeia dan Kerajaan Apricia. Satu-satunya cara yang dapat menghentikan sang iblis adalah dengan mengalahkan raja iblis. Bukan hal yang mustahil apabila mereka semua bekerja sama, Theresia berperan sebagai wadah yang menampung kekuatan Cahaya dari tiga Kerajaan dan menghunuskannya ke jantung raja iblis. Theresia tidak ingin menggunakan artefak Oldeus, karena ia ingin mengembalikan umur Eleanor.

Saat matahari mulai menampakkan wujudnya, Theresia berdiri di puncak bersama dengan seluruh pasukan. Memegang pedang kuno yang telah diukir sebuah mantra, Theresia berteriak, “Maju!!”

Para penyihir tingkat lima menyerang iblis bersama dengan prajurit Kerajaan. Sedangkan para elf dan peri membantu sebagai pendukung. Mereka menggerakan elemen alam dengan lihai, menumbuhkan pohon-pohon Ajaib yang menjadi sumber kekuatan Cahaya.

“Terima kasih telah menyediakan makanan yang lezat, Putri.”

Theresia mengayunkan pedang ke beberapa titik vital, namun raja iblis berhasil menakisnya. Ia menggeram, satu ayunan pun tidak ada yang berhasil mengenai lawan, “Tutup saja mulutmu! Bukankah jantungmu sudah hampir meledak?”

Spontan, Theresia menjaga jarak dengan raja iblis, ia memberi komando kepada pasukannya, “Mundur! Amankan para rakyat! Pergi dari sini!”

Melihat itu, raja iblis mendesis. Mata merahnya melotot tajam, “Apa yang kau rencanakan?”

Theresia melihat sekeliling, pohon-pohon Cahaya berhasil tumbuh. Ia menarik senyum miring, mengejek raja iblis yang semakin memanas hatinya. Theresia memejamkan mata, mulutnya berkomat-kamit merapal matra yang cukup panjang. Sebuah perisai tembus pandang berhasil melindunginya dari serangan bruntal raja iblis.

“Dasar manusia!”

Sebuah Cahaya keemasan berkeliling di sekitar tubuh Theresia, Cahaya itu memancarkan silau yang membuat raja iblis terpental. Theresia membuka telapak tangannya, dan Cahaya-cahaya itu berkumpul menjadi satu. Theresia membuka matanya, ia mengusapkan Cahaya tersebut ke pedang kuno, dan seketika pedang tersebut bergetar hebat, berubah bentuk menjadi sebuah panah runcing.

“Ini akan menjadi akhir darimu, Raja Iblis.”

***

“Anda terlihat seperti seorang dewi, guru.” Laurel tertawa kecil, ”Ketika anda terbang bersama dengan anak panah yang menuju raja iblis, itu sangat keren.”

“Diamlah, kau membuatku malu.” Theresia mengulum senyum. Dia berhasil mengalahkan Raja Iblis, dan yang paling penting, dia berhasil mengalahkan dirinya di masa lalu. Untuk berjuang melawan egonya, untuk berani bertanggung jawab atas kesalahanya, dan untuk keberaniannya demi benua.

Lima tahun ini adalah masa kelamnya, di mana dia tersiksa oleh rasa bersalah dan rasa egois. Namun, banyak orang yang terkena dampaknya. Di tahun ini, dia berhasil menemukan dirinya yang hilang, dan menciptakan kedamaian yang selama ini ia dambakan.

Laurel benar, kesalahan bukanlah akhir dari segalanya, namun kesalahan adalah awal dari perubahan. Menjadi salah bukan berarti menjadi gagal.


Wahyu Kartika adalah seorang perempuan yang memiliki minat besar dalam dunia menulis. Dia telah membukukan beberapa karyanya melalui lomba-lomba di media sosial. Selain itu, dia juga menyukai perhitungan matematika. Oleh karena itu, penulis cerpen ‘Seruan dari Seraphine’ ini mengambil Program Studi Tadris matematika. Untuk mengenal dan bertemu karya-karya luar biasanya, kalian bisa mengunjungi akun instagramnya @hytkia, yaa!

Mari berjumpa dengan karya-karya luar biasa lainnya!


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8 + 8 =

%d blogger menyukai ini: