Perang dingin itu masih berlanjut setelah 3 tahun lamanya. Aku sebagai teman sebenarnya ingin membuat mereka berbaikan. Tapi satu dari mereka menarik diri dari teman yang dulu bisa di katakan susah senang bebarengan.
“Gimana bisa di hubungi dia?” Ipe melontarkan pertanyaan yang membuat kita berlima kaget bukan kepayang.
“Siapa yang mau di hubungi?!” Kiki memberikan perkataan yang menohok “Pacarnya kita hubungi” lanjutnya
Kita adalah segerombolan cewek-cewek yang sedari Sekolah Menengah Pertama kelas 1 sudah bersama. Ada Ipe dengan paras cantik, kulit putih, mata sipit, dan hidungnya mancung. Penyabar tapi suka mempermainkan laki-laki. Kiki seorang yatim piyatu yang di asuh oleh budhenya saja. Ditinggalkan orang tuanya sejak kelas 2 SD. Kiki cantik dan lebih setia dari pada Ipe apabila urusanya dengan laki-laki. Dina yang otaknya lemot tapi sebenarnya pintar, pendiam dan sekalinya berbicara bisa menyakiti hati yang lain. Karena kebanyakan yang dia ucapkan merupakan hal fakta. Tika seseorang yang tinggi badanya lebih tinggi dari pada kita semua, cantik dan kalem. Dan terakhir adalah aku Mawar. Sebenarnya kita punyak sahabat satu lagi bernama Okta. Okta ini orangnya baik, cantik juga. Tapi entah kenapa ada konflik yang terjadi antara Okta dan Tika.
Kejadianya tepat 3 tahun lalu, sebelum kelulusan Sekolah Menengah Atas. Okta dan Tika kebetulan satu kelas sejak pertama kali masuk sekolah. Sedangkan aku dan Ipe ada di kelas yang berbeda. Apalagi Kiki dan Dina memilih sekolah yang berbeda dari kita berempat. Aku awalnya tidak memihak, tapi aku cukup kasihan mendengar cerita Tika, tau sendiri anaknya cenderung pendiam dan kalem. Sedangkan Okta lebih aktif.
“Aku melihat sendiri, dia chatingan dengan kiper yang aku suka” Tika sudah tidak bisa menahan semua sendiri dia datang padaku dan Ipe untuk menceritakan semua kejadiannya.
“Saat itu aku meminjam HPnya, untuk menghubungi ibuku. Sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Ada notif dari Andre dengan profil anime bola masuk Mbak sudah pulang ta. Aku yang merasa kenal dengan nama Andre, aku lihat dong storynya. Kebetulan dia buat story WA dan ternyata benar dia adalah Andre pemain sepak bola yang jadi kiper. Aku bingung dong mau tanyak takut gimana, ya sudah aku diam saja purak-purak tidak mengetahui apapun. Dan ketika aku meminjam HPnya untuk yang kedua kali dia hapus chat itu. Aku kaget dong, tapi aku tetap bermain acting” Tika menjelaskan panjang lebar yang membuat aku dan Ipe kaget, kenapa bisa Okta melakukan hal itu.
Bukan apa-apa, memang itu hak Okta dan itu juga merupakan hak Andre. Dia mau mendekati siapa. Okta yang aku rasa memang lebih cantik dari pada Tika, wajar saja Andre lebih tertarik kepadanya. Tapi yang tidak ku sangka. Kenapa juga Okta harus bersembunyi dari Tika akan kejadian ini. Okta tau Tika suka sama Andre sejak kelas 2 SMA bermula dari bangku ujian yang membuat Tika suka dengan sosok Andre walapun ia adalah adik kelasnya.
Tika terus memainkan sandriwara kebodohanya sampai hari kelulusan. Aku kira permasalahan berhenti sejak itu. Tapi Okta memberikan perlakuan diluar dugaan. Dia keluar dari semua grub baik itu grub kelas SMP, grub kelas SMA, bahkan grub persahabatan kita. Yang bikin panik, ketika dia juga menganti nomornya. Aku menjadi tertawa karena geli melihat tingkah konyol Okta. Siapa yang berbuat, siapa yang marah. Siapa yang disakiti dan siapa yang menyakiti. Semakin geli dengan tingah Okta yang memposisikan dirinya sebagai korban.
Aku kira, drama ini akan lewat setelah beberapa hari saja. Tapi ternyata sudah 2 tahun lamanya dia menarik diri dari kita semua. Sekarang memang sudah berubah. Tika yang sudah mendapatkan pekerjaan kantoran di Kota Mojokerto, Ipe yang merupakan mahasiswa seni tari di UM, Dina juga berkuliah di Unesa mengambil jurusan Sastra Inggris, dan aku yang berkuliah di Jember mengambil Informatika. Satu lagi Kiki yang sebentar lagi akan menikah. Kehidupan persahabatan kami berlima selalu harmonis. Malalukan perkumpulan di rumah Ipe sebagai markas apabila semua personil sudah berada di rumah masing-masing.
Hingga ada suatu momen, ketika kami akan berkumpul untuk bersenang-senang. Kita bukannya melupakan Okta tapi dia yang menarik diri dari pertemanan ini. Sedangkan permasalahan dia dengan Tika dan Andre. Tapi semua temanya ikut merasakan dampak.
“He talah, lihaten sotory Okta” dengan nada tinggi mengangetkan kita semua yang sedang asik menikmati hidangan.
“Bacakan aja” jawabku
“Sudah malas dengan circle pertemanan yang sudah tidak mau untuk mempertahankan pertemanan”
“Heee… kurang ajar, berani-berani dia bicara kayak gitu. Pingin gua jitak palanya. Gimana sih kita loh sudah ajak dia untuk ikut. Tapi selalu ada alasan ini itu. Dan yang kali ini katanya ada praktek jadi gak bisa ikutan dulu. Maksudnya apa coba bikin story kayak gitu. Dia pingin punyak teman yang sekarang cuma sefrekuensi. Kita ini sudah enggak sefrekuensi. Makanya dia buang.” Kiki yang mulai emosi mendengar perkatan Ipe.
Satu tahun belakangan Okta memang sudah bisa di hubungi. Dia hanya menyimpan nomor Ipe, sudah syukur dia mau di masukan kembali ke grub. Tapi ya begitu, drama selalu terjadi di antara kita. Okta yang selalu menolak ketika kita ajak untuk bertemu. Pertemuan kita bukan seperti rapat DPR, kita hanya bersenang-senang. Makan-makan, foto-foto, nonton horror. Yaa intinya melepaskan penat dari aktifitas masing-masing.
Sampai sini kita semua memutuskan untuk tidak menyakiti diri sendiri. Sudah cukup drama selama 3 tahun belakangan yang tidak ada akhirnya.
“Sudah kita cukup kumpul berlima saja. Ajak aja dia sebagai formalitas. Apabila tidak ingin ikut dengan berbagai macam alasan. Sudah biarkan” akhirnya Dina memberik keputusan final.
Kita bukan ingin mengakhiri hubungan persahabatan yang terjalin sejak lama, tapi selama ini kita juga merasa sakit hati atas story-story yang di unggah Okta. Kita semua tahu, sosial media adalah tempat dimana dan siapa saja bisa merasa. Dan saat ini kita semua sedang merasa. Setiap unggahan Okta mengenai circle pertemanan mengarah ke kita. Dari pada kita sakit hati tidak jelas dengan story yang sebenarnya tidak tentu juga buat kita, lebih baik memutuskan untuk saling menarik diri. Entah ini keputusan tepat atau tidak. Aku harap ada momen suatu saat nanti sebuah kebetulan yang tidak sengaja, kita bertemu dan saling menjelaskan apa yang terjadi selama ini.
Dan aku berharap itu terjadi, entah kapan dan dimana…
Semoga sebuah kebetulan yang tidak disengaja benar adaya..
0 Komentar