Ia menarik desung pipinya yang melengkung

di pagi yang cerah, bibirnya merekah

oh tuhan betapa indahnya dia, hingga ku ingat sebuah mawar yang indah

tak kau sadari menggugah hasrat, semangatku yang lagi canggung 

 

 

Sayup angin menerpa menghantar semerbak melati

pukat mengeliat, menarik pikat hingga rasa ini semakin kuat

duhai gadis rupawan, ingatlah hati seorang

jangan kau usik dengan indah dan wanginya dirimu yang rupawan

tak berdaya, terlena jadi bencana

 

 

katakan pada mawar, tunggu aku kalau aku masih belajar

ku tunggu pada ruang waktu doaku

tak sadarkan cinta ini bagainkan air embun yang mengalir di rerumputan di pagi hari

begitu suci tanpa nafsu, yang seharusnya adalah qobiltu

 

 

duhai sang melati, yang semerbak menusuk hidung merasuk kehati

jagalah hatiku, tunggu mimpi-mipiku memilikimu

bukan sekarang

demi massa kehendak tuhan yang Maha Esa, kita akan satu

 

 

sang mawar dan melati mengusik di saat aku menimba ilmu tuhan

sunguh kehatian-hatian pada diriku

jika bukan masa ku tak ingin mengenal dirimu dengan dalam

ku tak ingin terlena

 

 

Badrus, penulis dengan mengembara rasa dalam hatinya.

17 februari 2021

 

 


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × 1 =

%d blogger menyukai ini: