Hai, kali ini aku akan menceritakan kisah dari temanku. Hubungan pertemanan yang toxic. Kirana, panggil aku dengan nama itu. Pencapaian selama 25 tahun adalah aku berkerja di dinas sosial, mendapatkan gaji dan bisa membangun rumah. Jalan-jalan dan sibuk mempercantik diri. Prihal pasangan, masih belum ada di hidupku. Sebab kisah dari temanku yang membuat muak akan sebuah kata laki-laki.
Kejadianya tepat 7 tahun lalu, saat aku masih Sekolah Menengah Atas. Aku adalah sahabat karib Inul saat itu. Kita bertemu saat pertama kali masuk SMA. Perawakan dia lebih tinggi 10 centimeter dari aku yang hanya 150 centimeter. Kulit yang lebih gelap dari yang aku punyak. Mata yang lebih belok dari yang aku punyak dan tentunya otak yang lebih pintar dari yang aku punyak.
Awalnya kita berteman baik-baik saja, sampai halnya laki-laki itu menghampiri temanku setiap jam istirahat tiba. Aku tidak tau siapa dia, membuat perhatian Inul hanya tertuju padanya. Dengan lugu aku bertanya pada teman sepergengan
“Siapa sih dia?”
“Pacarnya lah!” Anil memberikan jawaban dengan berbisik di telingaku. Bukan masalah sih bagi anak SMA yang memang sudah mulai kepo bagaimana rasanya pacaran. Tapi ini adalah awal dari drama-drama korea versi lokal. Ah sial, aku mungkin hanya iri kepada Inul yang memiliki pasangan. Truk aja gandengan, sedangkan aku masih sibuk organisasi sana-sini tanpa memikirkan indahnya cinta anak remaja.
“Nul sudah lama pacarana sama dia?” aku bertanya karena ingin tahu seberapa jauh hubungan mereka.
“Enggak sih baru aja waktu masuk SMA tapi sudah kenal waktu SMP. Dia kakak kelasku SMP”
Dari situ aku berfikir positif akan hubungan mereka yang memang dipercaya Inul kekasinya Raka adalah manusia baik. Manusia yang paling mengerti Inul di dunia ini. Sunggu konyol sih melihat mereka pacarana di depan kelas setiap jam istirahat. Bercanda gurau dan entah apa yang mereka bicarakan. Duduk yang tidak ada jarak hanya lima centimeter alias dempet banget. Dan dunia serasa milik berdua.
Indahnya cinta tidak cukup sampai di situ, mulailah sifat asli Raka muncul dan membuat kita semua kaget dengan tingkahnya. Saat itu pelajaran fisika, membentuk kelompok yang di pilihkan oleh guru. Hanya terdapat dua anak. Inul dengan Doni, Aku dengan Rio dan begitu seterunya. Karena kita adalah murid baru, sepulang sekolah beberapa anak masih berdiam diri di kelas untuk kerja kelompok. Begitupun dengan Inul dan Doni. Walapun sama-sama pintar tetapi tetap saja mereka memilik untuk berdiskusi. Raka melihat dari luar kelas, membiarkan hal itu terjadi. Aku kira sampai sini baik baik saja. Hingga akhirnya 2 hari kedepan Doni mendapat kecaman menohok dari Raka.
“Raka kemarin ke rumahku, dia marah-marah. Bilang buat nggak usah deket-deket sama Inul lagi. Dia sampai gebrak-gebrak meja di rumah. Kaget lah seisi rumah, dikiranya ada apa” terdengar Doni menceritakan kejadian di rumahnya bersama teman-teman di pojok kelas. Wah, Raka di kelasku sampai beberapa hari masih menjadi tranding topik. Saat mereka pacarana di depan kelas, mereka juga membicarakan di dalam kelas. sunggu circle yang unik. Semua baik di depan dan busuk di belakang.
Tidak hanya Doni yang menjadi korban Raka, Jamal teman sekelas kami yang memiliki sifat dominan ke wanita juga menjadi korban. Permasalahanya adalah Jamal yang dengan berbaik hati memberikan tumpangan kepada Inul. Hanya mengantarkan Inul pulang Jamal di beri kecaman menohok saat jam istirahat di hadapan banyak orang. Dan tentu saja saat Inul tidak ada di kelas. Padahal saat itu kenapa Jamal mengantarkan Inul pulang, karena Inul menunggu jemputan Raka sampai jam 5 soreh. Sedangkan angkutan sudah pasti tidak ada di jam segitu.
Dua anak menjadi korban ketidak jelasan Raka sebagai pacar yang sangat posesif dan impulsif. Sejak saat itu satu kelas memberikan gelar King and Queen Drama Korea kepada Inul dan Raka. Dan sejak saat itu juga tidak ada teman laki-laki yang berani dekat-dekat dengan dia. Dan tentunya Inul belum sadar akan sebuah toxic dalam hubunganya.
Gubraakkkkkkkkk, gubrrrraaaaaaakkkkkk terdengar suara kaca belakang kelas yang di lempar oleh Raka. Seisi kelas kaget dan melihat Inul berlari menuju kelas sambil menangis tersedu-sedu. Anil menenangkan Inul di depan kelas, dan Raka masih saja memberikan pukulan hebat kepada candela kaca yang tidak berdosa.
Aku tidak tahu, kenapa Inul dan Raka tidak pustus sedari lama. Bahkan ketika tau sifat dia yang seperti itu. Sudah setahun lamanya mereka menjalin hubungan. Dan drama-drama itu tetap menjadi tontonan public
Gubrraaakkkkkk, “Mana inul!” teriak Raka dari depan kelas memberikan pukulan hebat pada pintu yang tidak berdosa. Karena tidak ada yang menjawab dimana keberadaan Inul, Raka pergi dengan memberi pukulan berapi menyakitkan untuk pintu kelas yang sudah berusia sangat tua.
Aku sebagai temanya sudah muak menonton hal-hal yang tidak pantas dipublikasikan. Hanya karena kerja kelompok di rumah salah satu teman. Harus dan sudah menjadi kewajiban untuk di antar dan di jemput oleh Raka. Tidak diperbolehkanya main bersama kita yang sudah 2 tahun berteman tanpa izin darinya. Dilarangnya Inul mengikuti kegiatan sekolah yang membuat ia menjadi pusat perhatian seperti fashion show, model kelas untuk busana bekas, dan lain sebagainya yang membutuhkan wanita-wanita dengan tinggi tertentu.
Sampai akhirnya di ujung cerita aku mulai menjauh dari Inul yang lebih memili pacarnya dari pada teman-temanya. Aku melihat otoriter Raka untuk kehidupan Inul semakin menjadi-jadi. Tak kala kita menentukan perkuliahan
“Aku disuruh daftar di Polinema aja sama Mas Raka” ujar Inul
“Kenapa harus disitu, kan bisa di tempat lain masih banyak misalnya di Polije” untuk hanya sekedar diskusi aku masih mau mendengarkan celotehanya.
“Nggak boleh sama Mas Raka, terlalu jauh. Bolehnya cuma di Polinema, itupun nanti pulang pergi di antar Mas Raka” dalam hati aku cuma berkata gila ini orang. Mau pulang pergi Sidoarjo-Malang. Sudah nggak waras Raka segitunya melarang Inul mengapai impianya.
Aku dan teman-teman yang tau akan cerita itu, sudah menjadi tranding topik untuk beberapa hari. Bagaimana bisa bukan suami dan orang tua, sebegitu mengekangnya dia kepada wanita yang hanya bersetatus pacar. Membatasi wilayah ia terbang, jangankan untuk terbang lompat saja sudah tidak ada ruang.
Tidak habis pikir dengan laki-laki yang seperti itu, merasa punyak hak untuk mengatur hidup orang lain. Akhirnya apa yang terjadi pada Inul?
Disaat semua teman-temanya yang di kenal nakal dan pemalas di sekolah sudah mendapatkan kampus-kampus impianya. Terbang semakin tinggi untuk mengapai mimpi. Tapi dia malah tidak bisa mengapai apapun. Tidak di teirma di polinema dari jalur SNMPTN, tidak diterima juga di polinema dengan jalur SBMPTN. Serasa kampus di Indonesia tinggal satu yaitu POLINEMA.
Teman-teman yang tidak melanjutkan di bangku kuliah juga sudah mendapatkan pekerjaanya. Mereka semua terlihat bebas, terkecuali Inul yang juga tidak di perbolehkan kerja oleh Raka hanya karena jauh dan akan bertemu dengan banyak teman laki-laki.
Sial, aku sunggu benci menceritakan kisah ini. Sunggu membuat emosi, dan merasa kaum wanita di perbudak juga dibodohi oleh kaum laki-laki. Jangan tanyak padaku bagaimana nasib Inul sekarang. Yang aku dengar dia akan menikah dengan Raka, tentu menjadi sebuah pertanyaan dibenakku
“Apakah di dunia ini laki-laki hanya tinggal Raka seorang”
0 Komentar